Monday, June 29, 2015

MY TWENTY SEVENTH #MORNING PAGES (NIGHT? OR EARLY MORNING?)

Selamat tengah malam, hehe. Saya gemes sama semangat yang lagi naik-turun banget. Mau launch produk, tapi nanggung. Mau lari kencengin bisnis, tapi takut nggak pas moment. Banyak banget pertimbangan dari A-Z buat menghandle wrapparcel lagi. But, show must go on. My baby need extra repair, need extra attention, they need a stage. So, here i am. Utek-utek corel lagi, sambil ngerapiin foto-foto produk baru. I know, ini sama sekali nggak mudah. Tapi saya sudah ambil keputusan buat membesarkan bisnis ini, jadi saya harus tanggung jawab. 

Ramadhan belum bolong, semangat buat ibadah juga alhamdulillah masih kenceng. Tapi alur hidup mulai nggak teratur. Ya kaya sekarang ini contohnya. Jam 1 malem, malah update post. Saya bangun sahur lima menit sebelum imsya', makan buah, minum air, terus siap-siap sholat. Setelah itu? Badan saya nggak bisa nahan godaan kasur, dan baru bener-bener bangun jam 9 pagi. Sedih. Waktu jadi terasa cepet banget habisnya. Pulang terawih ngantuk berat, dan lapar, hahaha. 

But i love Ramadhan. Anak kecil mau usaha lebih untuk menahan haus dan lapar, semua orang di jalan excited menyambut Adzan Magrib, silaturahmi terjalin lagi dan ajaibnya perputaran uang yang begitu cepat dengan nominal yang tidak sedikit. Semoga kita bisa menang dalam versi kita masing-masing di bulan Ramadhan ini. Aaamiin. 

Saturday, June 27, 2015

MY TWENTY SIXTH #MORNINGPAGES (EXXTRAA SUPER LATE NIGHT POST)

Bonjour. Haloooo. Kangen loh bolos nulis lebih dari seminggu ini. Maafkan ya? Morning pages seharusnya uda selesai beberapa hari yang lalu, eh tapi malah bolong 11 hari. Poor me. Saya sedih banget sama kemunduran ini (ceilah). Tapi ya, saya bener-bener nggak mampu buat berfikir selama beberapa hari ke belakang. Let me explain. Jadi gini, saya sakit gigi semenjak hari Selasa, tanggal 16 Juni kemarin. Tapi nggak dirasain. Memang sih, hari Selasa itu saya kontrol ke dokter gigi. Tapi keadaan behel di gigi saya cuma tinggal pemantapan aja, nggak ditarik-tarik lagi. Jadi waktu kontrol itu, dokternya bilang mau bersihin karang gigi aja. Saya sih oke-oke aja. Nah, setelah proses pembersihan karang ini, semua terkuak. Hahaha. 

Saya mulai montang-manting hari pertama puasa. Usaha ke dokter gigi yang kebetulan sepupu sendiri, ke dokter gigi di klinik BPJS, foto per gigi, sampe foto panoramic sudah saya lakukan. Diagnosa yang pertama muncul mungkin ada serpihan-serpihan kecil bekas karang gigi yang nyelip di gusi. Setelah dibersihkan di hari Sabtu, saya tetep nggak bisa nahan sakit yang semakin menjadi-jadi. Setelah foto pertama, geraham paling belakang saya sudah tumbuh, tapi miring. Itu ditakutkan menekan gigi-gigi yang lainnya. Setelah kembali ke dokter gigi orto, saya diminta untuk foto panoramic biar semuanya kelihatan, dan kalo memang gigi geraham itu yang mengganggu, operasi bakal dilakukan besok siangnya. Waduh, bayangin gusi terbelah, gigi dipaksa dicabut, darah dimana-mana, saya udah lemes duluan. Malem sebelum hari operasi itu saya nggak bisa tidur. Saya rasa-rasain lagi, gigi mana yang jadi sumber sakitnya. Saya ketuk pelan-pelan pakai lidah. Saya yakin sakit yang subhanallah ini bersumber dari gigi geraham atas, bukan gigi geraham belakang bawah yang selama ini diduga jadi penyebab. Sebelum operasi, saya foto ulang panoramic. Daan gigi geraham akhir saya yang miring nggak cuma satu. Ada 3, kecuali bagian kiri atas yang uda keluar meskipun cuma sedikit. Oke, saya punya niatan buat ngerengek di dokter gigi saya, dan minta beliau mengecek lagi gigi yang saya duga jadi sumber sakitnya. 

Setelah sepuluh menit dipelototin, dokter gigi saya setengah berteriak, "Oh, ini bolong kecilnya. Oh Ya Allah, kecil banget, dari samping lagi. Waah, karies ini, habis Mbak gigimu, aduh syarafnya uda mati lagi" Saya? Gemeteran nahan nangis dan rasa mau teriak. Sakiit banget rasanya. Tapi saya bersyukur banget, lubang extra kecil itu ketemu. Ya Allah kuasa-Mu ya.

Dokter gigi saya juga menjelaskan panjang lebar kalau-kalau gigi lubang yang selama ini tidak terasa, dan sudah mati semua syarafnya, jadi penyebab sinus yang selama ini saya takuti menjelang flu. Saya juga berpikir apa iya pusing saya yang nggak masuk akal waktu tipes kemarin juga karena gigi ini? Wallahua'laam. Yang jelas saya bersyukur, saya nggak sampai operasi gigi geraham belakang, dan sumber sakit saya berhasil ditangani.

Jadi begitu. Panjang ya excuse saya? Tapi sungguh, sakit gigi lebih sakit dari pada sakit hati itu benar adanya. Nyata! Lebih baik terlambat dan tertatih-tatih dari pada tidak tanggung jawab sama sekali kan? So, 4 days again. Happy fasting everyone!

23TH BIRTHDAY SNAP!

Alhamadulillaah, thankyou Allah. Happy Birthday for mee! Ini zuuper late post. Tapi lebih baik telat dari pada nggak sama sekali kan? 17 Juni sudah berlalu 10 hari yang lalu. Tepat di moment awal Ramadhan. Rasanya ini ulang tahun paling bahagia. Kenapa? Karena saya berhasil melewatinya tanpa cemas-cemas berlebihan. Tanpa seremonial apapun. Di rumah seharian, mama masak gado-gado yang enak banget dan banyaak banget. Kata mama itu kado ulang tahun buat saya. Mama pengen saya terus sehat, nggak sakit-sakit. Aaamiiin. Ucapan selamat juga datang dari teman dan saudara dekat. Alhamdulillah, terimakasih ya Allah telah melimpahkan keluarga yang hangat dan teman-teman yang layaknya saudara, itu nikmat tak terkira. Malamnya, sholat terawih pertama di tahun ini, terus saya tidur dengan sangaat sangaat nyenyak, dan bangun buat sahur hari puasa pertama. Im completely happy, so so so happy. Alhamdulillaah. Syukur tiada henti. 

Saya punya ritual baru saat hari ulang tahun. Sejak tahun kemarin, saya di foto dengan membawa frame foto masa kecil saya dan menggunakan outfit yang mencerminkan apa yang sedang saya fokuskan di masa-masa itu. Setahun yang lalu, mama ambil foto di teras samping rumah, saya sedang addict olahraga dengan Nike Training Plus waktu itu. Jadi saya pake outfit olahraga yang paling sering saya pakai. Setahun berlalu, di bulan-bulan ini fokus dan perhatian saya tercurahkan untuk my baby wrapparcel, dan saya lebih sering pake baju rumah dengan sweater karena hawa di rumah lagi dingin-dinginnya. Tapi tetap karena ini formatnya seperti foto berlapis, jadi saya membawa pigura foto ulang tahun saya setahun yang lalu. Gimana ya bentuknya saat ulang tahun ke 30? We will see hehe.

Di umur 23th ini, saya mendapat banyak pelajaran hidup yang saya pikir harus saya tuliskan di sini, agar saya pribadi bisa lebih menghargai semua proses-proses hidup yang harus saya lewati, Here we go :

1. Skripsi atau karya ilmiah apapun adalah sebuah karya. Untuk bisa menyelesaikan dengan baik, dibutuhkan niat, waktu, dan fokus khusus untuk itu. Jangan pernah menyelingkuhi skripsi dengan kegiatan dan pikiran apapun. Fokus!
2. Semua yang hidup di dunia ini cuma milik Allah. Kehilangan tante dan nenek tersayang dalam jangka waktu tidak ada satu tahun, membuat saya berpikir banyak tentang itu. Ketika ada firasat buruk bahwa mereka akan segera berpulang, perasaan sedih dan was-was harus bisa sekuat tenaga dihilangkan. Temani mereka, make time buat mereka, doakan mereka terus menerus agar semuanya dimudahkan. Setelah hari-hari kepergian berlalu, akan muncul banyak kenangan silih berganti yang muncul. Ikhlas pun sampai sekarang saya belum benar-benar faham bagaimana aplikasinya, bagaimana ukurannya. 
3. Bisnis lebih baik dimulai sejak dini. Jatuh bangun tak mengapa. Semangat naik turun itu tantangannya. Sejauh ini baru itu yang bisa saya amini tentang bisnis.
4. Keluarga adalah rumah tempat pulang paling nyaman. Guaranteed. 
5. Sakit adalah bukti bahwa Allah masiih sayang sama kita. Hidup sehat itu bukan gaya hidup. Tapi suatu keharusan.
6. Berdoa itu bagaikan naik sepeda. Lama-lama pasti akan sampai juga.

Tuesday, June 16, 2015

MY TWENTY FIFTH #MORNING PAGES (EXTRA NIGHT PAGES)

Setelah berkutat dengan DNS Speedy yang tiba-tiba eror seharian, finally akhirnya bisa ngepost juga. Besok im turning 23. So scary. For your info, saya punya semacam anxiety berlebihan menghadapi hari ulang tahun. Di blog, atau tumblr, atau note-note saya tahun-tahun sebelumnya, saya selalu menulis betapa seramnya hari esok. 17 Juni. Cemas yang saya rasakan mungkin karena saya ngerasa nggak terlalu produktif di umur ini, atau saya takut nggak ada satupun orang yang bakal ingat ulang tahun saya, atau karena saya nggak tau harus melakukan apa sepanjang hari esok. Dan mungkin juga karena nggak tau alias nggak siap dapet selamat ulang tahun dari orang-orang. Nggak siap buka LINE atau WA, atau BBM, atau Path, atau Instagram, atau Facebook, atau Twitter, atau apalah itu. Mungkin itu juga jadi alasan kenapa saya lebih bahagia kalo nggak ada orang yang tau kalo besok saya ulang tahun, atau memilih buat do nothing di rumah, berdoa semoga besok berlalu dengan sangat extra cepat. Wussh, tau-tau 18 Juni. 

Tapi tahun ini beda. Besok hari pertama Ramadhan. Besok sholat terawih pertama. Rasanya saya nggak terlalu cemas seperti tahun kemarin. Mungkin rasa cemas itu banyak tersubstitusi dengan rasa bahagia menyambut Ramadhan. Buktinya malam ini saya tetap tenang, kontrol ke dokter gigi, ke toko alat tulis, dan mencetak foto yang diambil tepat setahun kemarin. Saya berusaha rileks. Besok hari pertama Ramadhan, yang kebetulan hari ulang tahun saya juga. Jangan dibalik! Hehe.

Semoga malam ini saya tidur nyenyak. Aamiin.  

Monday, June 15, 2015

MY TWENTY FOUR #MORNING PAGES (NIGHT PAGES)

Senin malam Selasa. Besok lusa puasa. Besok lusa ulang tahun saya. Too much excited will kill you softly, Han. Hehe. Gimana ya, excitednya double. Ulang tahun dan awal puasa. Ulang tahunnya sih nggak seneng-seneng banget, umur nambah, semakin berkurang jatah hidup. Awal puasa senengnya extra. Hawa-hawa bahagianya aja uda mulai kerasa dari kemarin-kemarin.

Nggak kerasa ya, uda hari ke 24. Sebenernya kalo saya nggak bolong 3 hari, ini hari ke 27. Nggak nyangka saya bisa punya komitmen sejauh dan selama ini. Biasanya kan selalu failed. Saya jadi percaya diri deh kalo blog ini bisa dikembangkan lagi. Buktinya saya bisa 24 hari (bolong 3 hari) buat terus nulis setiap harinya. Nulis apapun sih, tapi nanti kalo misalnya saya mau mengembangkan blog ini dengan kategori-kategori khusus, semisal kesulitan saya memulai bisnis, atau seru-dan nggaknya- kerja dari rumah, atau apapun itu yang berhubungan dengan hidup yang saya sedang jalani, saya punya basic dan pengalaman dari project morning pages ini. Setidaknya saya percaya diri, percaya dengan kemampuan menulis saya yang sebenarnya masih terbata-bata.

Oh iya, kemarin sempet ngobrol via Line sama temen SMP-SMA. Happy banget denger kabar dari dia lagi, ikut seneng denger dia ngelakuin hal yang membuat dia tetep semangat dan menghasilkan. Dari obrolan kemarin, saya punya beberapa kesimpulan. Semua orang hidup dengan masalah mereka masing-masing, dan sosial media sering kali membuat kita lupa kalo sebenernya kita nggak sendirian. Semua orang pasti sedang bertarung cari solusi dari masalah-masalah hidupnya. Tapi kita bertingkah seolah tidak ada masalah dan mengupdate -hanya yang baik-baik saja- di sosial media. Faking good and act like a pro. Bahkan teman saya itu sempet bener-bener non aktifin semua sosial medianya. Sempet kaget juga denger kabar yang tidak mengenakkan, tapi bersyukur dia masih bisa bangkit dan maju lagi. Silaturahmi itu penting ya. Kita akan selalu butuh untuk dikuatkan dan menguatkan. Oh iya, kesimpulan selanjutnya, kesehatan itu nomer satu banget. Mau log in coursera dulu nih. See ya! 

Sunday, June 14, 2015

MY TWENTY THIRD #MORNING PAGES

Baru jam 08.00 pagi, dan saya sudah 1,5 jam di depan laptop. Amazing! Mungkin karena banyak pikiran jadi nggak bisa tidur lagi habis shubuh. Atau mungkin karena terlalu excited habis ngobrol sama Mama kalo printer-printer lama mau dijual, terus kita beli printer baru yang lebih mumpuni? Rasanya seneng ya punya planning buat beli barang baru. Seru, cari-cari info dan baca spesifikasinya, baca review orang-orang, menimbang-nimbang yang ini atau yang itu, mencari yang sesuai anggaran budget. 

Saya hidup menunggu momentum. Mau bikin blog yang rapi, yang terorganisir dengan baik, nunggu momen tahun baru. Mau bikin roti bakar khayalan dengan keju yang meleleh, nunggu hari Minggu. Mau beli buku baru, nunggu awal bulan, hehe. Kadang saya nggak betah sama kebiasaan menunggu momen ini. Ketika saya ingin melakukan sesuatu, waktunya ada, budgetnya ada, ya uda, do it. Nggak usah nunggu momen-momen yang pas gitu. Setelah saya pikir-pikir, sebenarnya itu adalah bentuk terselubung dari perasaan malas. Alasannya nunggu waktu yang pas, biar semangatnya langsung full gitu. Tapi seiring pengalaman, kalo uda nunggu momen gitu, semangatnya full di awal aja. Nggak sampe di tengah jalan biasanya cari-cari lagi sumber semangat yang lain. Aduh, hidup kok nggak bisa komitmen ya. Saya nggak suka kebiasaan ini. Saya nggak bisa tumbuh tua dengan kebiasaan ini. Nggak sehat. Banyak sekali waktu yang saya buang dengan alasan nunggu moment. Life can't wait Han!

Saturday, June 13, 2015

MY TWENTY SECOND #MORNING PAGES

Please say hallo for the real morning pages! Hehehe. Sabtu telah tiba. Sekali-sekali pengen juga ngerasain betapa weekend adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu selama weekday, dan rasanya sedih sekali saat weekend perlahan pergi. Buat saya, setiap hari adalah weekend, atau setiap hari adalah weekday? Saya juga nggak tau. Tapi rasanya hari Sabtu dan Minggu pun sama spesialnya dengan hari Senin dan Rabu. Nggak ada bedanya.
Tadi malam saya mimpi yang terasa sangat nyata. Saya bermimpi membunuh beberapa kucing, sepertinya puluhan kucing dalam satu karung kedap udara. Sebenarnya saya tidak ada niatan membunuh, saya hanya ingin kucing-kucing itu pergi dari rumah saya, jadi memasukkan dalam karung dan meletakkan karung tersebut jauuuh dari rumah saya anggap bisa jadi solusi terbaik. Saya tidak tau ternyata puluhan kucing itu mati karena kekurangan udara. Dan bangkai mereka membawa virus penyakit yang sangat mematikan. OMG, itu mungkin pengaruh imajinasi saya setelah kemarin tidak berhenti melihat update an kabar meninggalnya Angelina yang tidak wajar, ditambah beberapa film pembunuhan dan thriller yang saya tonton sebelumnya. Epic ya. Setelah mimpi episode pertama, saya mimpi dengan skenario yang sangat bertolak belakang. Saya bertemu guru favorit saya selama SMP-SMA, saya menangis haru, mencium tangannya dengan hormat, dan memeluk beliau. Kemudian saya bercerita panjang lebar tentang kondisi saya saat ini, sakit tipes kemarin, bisnis yang sedang saya jalankan, mimpi-mimpi saya kedepannya, niat saya untuk S2 dan mencari beasiswa, sampai saya menceritakan satu hal yang selama ini saya tidak sadar saya menginginkannya. Saya bercerita dengan tenang kepada beliau, saya ingin sekali menjadi guru TK. Saya ingin menerapkan ilmu saya secara lanngsung, mengamati perkembangan anak-anak, melihat mereka tumbuh. Setelah saya bercerita semua itu, saya terbangun. Saya merasa aneh. Apa iya, apa yang saya ceritakan itu benar-benar keinginan saya? Dan sampai saya menulis ini pun pikiran tentang hal itu masih terus terngiang-ngiang di kepala. 

Kata orang mimpi cuma bunga tidur. Tapi saya pernah belajar banyak tentang proses mimpi sewaktu kuliah. Apa yang kita impikan adalah pikiran bawah sadar kita, yang mungkin kita tidak sadar pernah memikirkannya, dan itu keluar lagi dalam bentuk mimpi. Saya tidak pernah mencari arti mimpi seperti di prambon, atau situs serupa, tapi banyak hal, banyak inspirasi yang saya tangkap setelah menelaah mimpi lebih jauh. Ide-ide juga banyak yang berasal dari mimpi. Nah mimpi semalam juga membuat saya berpikir lebih jauh, apa yang sebenarnya saya inginkan. Kadang mencoba untuk mengerti diri sendiri prosesnya jauh lebih berliku-liku ya. 


Friday, June 12, 2015

MY TWENTY SECOND #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Selamat siaang! Hari ini terlihat menyenangkan bagi saya. Orderan selesai, dapat berita baik dari teman, dan kabar sangat membanggakan dari mama. Tadi pagi, saya di bbm Indah Kusuma, teman baik saya selama kuliah di Malang. Dia mengirim bbm tersirat, "Han, alhamdulillaah". Itu hal yang saya baca pertama kali pagi ini. Awalnya saya nggak ngerti maksudnya apa, jadi saya bales, "Kenapa Ndah?" Setelah loading dan nyawa saya penuh, saya mulai ngerti maksud bbmnya dari profil picture yang dia pakai. Indah lolos tahapan pertama buat jadi Pengajar Muda. I'm really happy. Really. 

Mengenai hal ini, saya punya sedikit cerita. Di umur dan fase hidup seperti ini, teman-teman saya sibuk mengejar apa yang mereka inginkan. Sibuk mencari pekerjaan yang pas, sibuk cari pacar yang suami-able, sibuk punya anak, sibuk ngejar beasiswa, sibuk eksis, sibuk apapun lah yang selama ini mereka impi-impikan. Kadang kita, em lebih tepatnya saya, menulis komen selamat yaa, atau memberi emote senyum, atau mengucapkan selamat saat bertemu langsung ketika mereka berhasil meraih apa yang mereka impi-impikan. Tapi selain ikut senang karena teman kita sampai di posisi itu, kadang perasaan iri lebih menguasai. Kita senyum, bilang selamat, cuma di mulut saja. Nah keadaan kaya gini yang membuat saya tidak enak sendiri. Sedih karena kenapa perasaan iri yang muncul, kenapa kita nggak bisa benar-benar pure ikut senang aja? Sampai kapan kita terus membandingkan keberhasilan orang lain dengan kita? Iya kalo setelah itu kita terpacu buat lebih semangat lagi, kalo malah terus semakin rendah diri? Kalian merasa kaya gini juga atau cuma saya aja ya? Hal ini muncul di umur-umur awal 20 an atau sepanjang hidup akan seperti ini?

Beberapa minggu yang lalu, saat saya nggak boleh beraktivitas apapun selain tiduran, saya mulai berpikir banyak dan belajar membuat komitmen dengan diri saya sendiri. Saya belajar untuk benar-benar bahagia dan tulus mengucapkan selamat atas keberhasilan teman-teman. Ketika saya bilang im really happy, aku senang banget dengernya, and it was true. Nggak ada perasaan iri yang terus mengikuti setelah itu. Susah sih, but im trying. 

Tadi pagi, ujian atas komitmen saya itu datang. Saat tau Indah berhasil melewati satu tahap menuju mimpi -yang saya tau selama ini selalu ia idam-idamkan-, im really happy. Saya benar-benar ikut seneng, setelah itu saya diam lama, and voila, perasaan iri itu tidak muncul. Ujian pertama saya pagi ini, bisa dianggap sukses. Kalo ada yang mau tipsnya, saya mau berbagi sedikit. Saat mendengar pencapaian dari teman kita, posisikan kita menjadi dia. Tadi pagi, saya membayangkan menjadi Indah yang sudah bermimpi tentang hal ini dari awal-awal kuliah, yang berdoa siang malam, yang sudah berusaha banyak untuk hal ini, dan rasa bahagia itu benar-benar riil. Setelah membayangkan menjadi Indah, saya berdoa untuknya. Dan berdoa untuk diri saya dan teman-teman lainnya semoga segera sampai ke mimpi-mimpi yang selama ini ingin diraih. Setelah itu saya fokus dengan list apa yang harus saya selesaikan hari ini. Sampai saat saya menulis ini, saya belum terbersit perasaan iri dengan apa yang dicapai Indah. Semoga jangan muncul. Karena benar-benar bahagia atas kebahagiaan teman itu benar-benar membahagiakan, hehe. Semoga saat ujian kedua, ketiga dan seterusnya datang, saya bisa melewatinya seperti tadi pagi. Aaamiin.

Thursday, June 11, 2015

MY TWENTY FIRST #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)


Halo, selamat siang. Sudah makan siang? Alhamdulillah saya sudah. Masak masakan sendiri memang terasa lebih nikmat, puas dan bahagia ya. Hari ini masih pusing urusan pesenan yang harus ready besok pagi. Dalam usaha ini saya biasanya dibantu sama pembantu di rumah, tukang langganan, dan mama. Semua sudah ada job masing-masing. Saya membaginya rata sesuai keahlian masing-masing. Hitung-hitungan upahnya pun rata. Tapi nggak jarang saya di protes dan di kritik di belakang saya. Bukan, saya bukan anti kritik. Saya akan sangat berterimakasih jika kritik itu disampaikan langsung ke saya, bukan di belakang saya, tapi diucapkan dengan suara keras seolah-olah saya harus dengar. Mengatur dan mengurus manusia memang penuh dinamika ya.

Bisnis dan memilih untuk bekerja dari rumah, membawahi beberapa orang memang nggak gampang. Kita harus bisa memanage agar bisnis tetap jalan dan berputar, SDM tetap bisa menghasilkan produk dengan kualitas prima, tidak over budget tapi semua pihak puas, dan ada banyak hal lagi yang harus diselesaikan. Tapi setidaknya saya merasa jatuh bangunnya sekarang, saat umur saya masih 22 tahun, saat saya masih punya banyak planning, bukan nanti ketika saya sudah pensiun dan gelagapan cari usaha pengganti agar uang pensiun termanfaatkan.

Do you know power nap? Tidur 10 menit di siang hari menuju sore yang terbukti ampuh mengcharge tenaga penuh seperti pagi hari. I will try it. Kiss!

Wednesday, June 10, 2015

MY TWENTIETH #MORNING PAGES (NIGHT PAGES)

Postingan tepat sebelum tiduuur! Hehe. Seharian ini saya mulai aktivitas seperti sebelumnya, layaknya hari-hari produktif saya (masih berusaha sih, kadang pusing tiba-tiba menyerang). Soo HAPPY!

Ada pesenan yang lumayan buat nambah pundi-pundi modal. Bismillah. Yang penting jaga kualitas. Sekuat tenaga jaga kualitas. Orang bakal nilai serius nggak nya kita dalam usaha, apalagi bisnis handmade kaya gini dari kualitas barang yang sampai di tangan mereka. And im working so haard for this. Wish me luck. Oh, i loooove this job. So-mucho!

Tuesday, June 9, 2015

MY NINETEENTH #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Halo. Ramadhan sudah semakin dekat aja ya. Rasanya seneeeng banget. Dan cemas apa bisa bener-bener puasa dan ibadah maksimal selama sebulan. Kata mama harus tetep optimis bisa ikut puasa. Semoga.

Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Saya merasa ikut punya beban dan tanggung jawab yang besar dengan masa depan dua adik saya. Saya ingin mereka tumbuh jauuh lebih baik dari saya. Lebih dewasa, lebih peka sekitar, lebih cepat adaptasi dengan perubahan, dan punya kesempatan untuk mendapat pendidikan terbaik agar mereka bisa menghadapi dunianya kelak. Mungkin perasaan seperti ini sudah ada sejak saya SD. Mama sering cerita kalau saya sering dititipin buat jaga adik waktu mama lagi keluar kota. Saya mengupayakan apapun yang saya bisa untuk itu. Saya tidak ambil pusing bagaimana nanti akibatnya, bagaimana saya dimata mereka berdua. Yang penting saya berhasil menjaga mereka selama mama tidak ada. Saya sering mengajak belajar dengan marah-marah. Dengan sistem reward-punishment yang saya buat sendiri. Bukan, saya bukan benar-benar marah. Saat itu, saya yakin satu-satunya cara agar mereka mau nurut adalah dengan marah dan ancaman. Saya berhasil saat itu. Tapi ternyata image saya di mata adik-adik saya ikut jadi imbasnya. Buat mereka saat itu, saya adalah kakak yang jahat. Mereka takut setengah mati buat sekedar mengobrol dengan saya. Saya kakak yang kaya monster. Tapi di umur saya yang sekecil itu, saya nggak tau gimana caranya meluruskan anggapan itu, dan menunjukkan kasih sayang dengan cara yang wajar. 

Saat mulai masuk SMP, saya mulai jauh dari keluarga. Saya di boarding school, mereka di rumah. Saya melihat teman-teman saya cerita betapa kangennya mereka dengan adiknya, mereka biasanya ngapain aja di rumah, saya iri. Mulai saat itu, setiap pulang ke rumah saya berusaha untuk menunjukkan kasih sayang dalam bentuk lain, meskipun susah dan marah-marah lebih sering muncul. Sampe sekarang pun, 10 th lebih setelah itu, saya terkadang masih kesulitan buat menunjukkan kasih sayang selain marah-marah. Kadang sampe adik bungsu saya nangis nggak mau ngomong dua hari. Seperti saat ini, saya salah karena mencoba memberi saran untuknya dengan nada marah-marah. Sedih. 

Monday, June 8, 2015

MY EIGHTEENTH #MORNING PAGES (NIGHT PAGES)

Actually i am sad. Sedih karena niat awal nulis morning pages ini saat pagi hari, sebelum saya melakukan apa-apa. Tapi sekarang seolah-olah saya memaklumi dan menganggap yang penting saya berhasil menghasilkan satu tulisan tiap hari, tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam hari. Yang penting mempublish satu tulisan dalam sehari. Its enough. Iya sih memang nggak ada salahnya. Toh itungannya saya tetep produktif dong. Sehari satu tulisan buat tipe orang kaya saya yang sangat perfeksionis, mengecek bolak balik setiap kata, tiba-tiba berusaha harus menghasilkan tulisan setiap hari. Oke itu pembelaan, hehe. 

Tapi niat awal ini adalah sebuah proyek menulis apapun yang melintas di kepala saat pagi hari sehabis bangun tidur, sebelum melakukan apa-apa, selama 30 hari berturut-turut. Kenyataannya? Saya sudah bolos nulis 3 hari, tulisan saya nggak ditulis saat pagi, tapi saya tetap menulis judul morning pages meskipun dengan tambahan keterangan dalam kurung night atau afternoon pages. Dan mungkin apa yang akan saya capai di akhir perjalanan 30 hari nanti tidak akan semaksimal jika saya berhasil komitmen untuk menuliskannya di pagi hari dan tanpa bolos-bolosan. 

Honestly, saya nggak tau saya akan bertransformasi menjadi apa, atau apa ada perubahan di diri saya, atau teknik menulis saya, atau bahasa tulisan saya, atau apapun itu, setelah hari ke 30 nanti. Sejauh ini saya merasa nyaman dan merasa ada wadah khusus dimana saya bisa menulis panjang lebar tanpa tema atau judul tertentu. Tanpa riset, tanpa koreksi kanan kiri, dan jujur menulis apa yang saya rasakan. Sejauh ini, saya bahagia dengan morning pages atau afternoon pages atau night pages, atau apapun itu. Lebih merasa bahagia daripada sedihnya. Rasanya saya mulai menghargai dan belajar memaafkan diri saya lewat tulisan-tulisan morning pages ini. 

Sunday, June 7, 2015

MY SEVENTEENTH #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Hidup penuh misteri ya. Kadang saya takut setengah mati sama keputusan yang saya ambil. Resiko sih sudah dipikirkan jauh-jauh hari. Tapi siapa tau ada yang terlewat atau ada skenario baru dari Tuhan? Saya sudah buat planning rapih setelah lulus mau ngapain aja. Langkah-langkah apa yang harus saya tempuh. Rencana A, B, C dan seterusnya. Semua itu nggak bisa terlaksana karena Allah pengen saya istirahat dulu, atau saya nggak tau apa hikmah sebenarnya di balik sakit yang berkepanjangan ini. Yah, tiap doa saya selalu minta yang terbaik, selebihnya saya pasrah sama yang Di Atas. Tapi ternyata manusia kecil banget ya, kalo uda dalam keadaan kaya gini biasanya saya suka browsing gambar-gambar tata surya trus ngeliatin lama, dan ngerasa masalah yang saya hadapi nggak ada apa-apanya. Saya cuma kaya titik-titik kecil yang belum tentu kelihatan juga. Saya nggak bisa bilang kalo saya punya masalah yang paling berat, toh ada ratusan juta titik lainnya yang mungkin punya masalah yang jauuuh lebih berat. Manusia memang cuma bisa bikin rencana, selebihnya ada yang lebih berhak menentukan apakah rencana kita akan berhasil atau tidak. 

Saturday, June 6, 2015

MY SIXTEENTH #MORNING PAGES (NIGHT PAGES)

Selamat ulang tahun yang ke 50 mama tersayang. Maafkan anakmu yang nggak bisa ngasih apapun kecuali selamat dan doa. Maafkan anakmu yang malah terkapar sakit demam lagi dari semalem. Maafkan anakmu yang cuma bisa janji dari setahun kemarin buat beliin oven di hari ulangtahunmu yang spesial ini. Maafkan anakmu yang terus-terusan ngerepotin. Maafkan anakmu yang belum bisa ngasih apapun. Belum bisa meringankan beban hidupmu. Semoga mama selalu sehat, rezeki berlimpah, dan tetep terus semangat beraktifitas biar terus bisa bermanfaat buat orang banyak. Doa anakmu tidak akan pernah terhenti.

Friday, June 5, 2015

MY FIFTEENTH #MORNING PAGES

Halooooo. Semangat nggak pagi ini? Saya semangat doong. Tapi sakit desminore ini sedikit mengganggu. Sebenarnya saya mau tidur lagi dan menghabiskan hari ini dengan tidur, trus tidur lagi. Semua orang bakal memaklumi kan? Kantor aja uda banyak yang ngasih izin cuti buat pegawai ceweknya kalo pas hari-hari awal datang bulan hehe. Tapi ya semakin tiduran, sakitnya semakin berasa. Jadi mending dibawa aktivitas aja. Saya dikasih tips yang mujarab banget sama almarhum nenek saya. Kalo nyeri mens, atau desminore, jangan sampe kaki kena lantai, atau kena dingin. Apalagi kalo malem hari, sambil tidur sambil pake kaos kaki. Waktu itu saya bilang, iya ya? Lalu beliau memberi saya sepasang kaos kaki tebal khas nenek-nenek yang hangat dan karetnya sudah longgar, merk nya power. Ini, bawa ini ke kos. Sejak itu, tiap saya nyeri mens, kaos kaki power tadi kaya jimat. Mama pasti bilang minum buscopan plus, atau minum feminax, saya sih takut akhirnya nagih. Jadi saya jarang minum obat pereda sakit, tapi kaos kaki power itu jadi andalan setia. Aah, jadi kangen nenek saya. She is so funny, and unpredictable, but so warm and lovable. How lucky i am to have her in 22th years of my life. Oh, and im really really really miss her. So much! Oh.

I promise you, someday, ketika saya sudah tidak terlalu rapuh untuk bercerita banyak tentang beliau. I wanna tell you, how lucky i am. 

Kemarin akhirnya saya tau google calendar. Hahaha. Sudah denger lama sih. Tapi baru sadar, baru ngeh. Trus download aplikasinya di Iphone. Tapi tampilan di aplikasinya nggak begitu nyaman dilihat mata. jadi saya hapus. Saya lebih nyaman melihat aplikasi lain yang bisa di sync dengan google calendar. Trus? Ya saya mulai nulis secara manual dulu. Trus input di google calendar lewat laptop, alarmnya lewat iphone. It works? Hmm. It so difficult. I admit it. Rasanya hidup kaya tentara gitu. Aduh, gabisa cuma duduk-duduk aja nih, seharusnya kan ngelakuin ini itu. Kemarin baru hari pertama, sekarang hari kedua. We will see. Apakah saya sanggup? Hehe.

Eh btw, ini sudah hari kelima belas. Uda setengah perjalanan! Ternyata saya bisa ya. Meskipun ada bolong-bolongnya. Masih ada 15 hari lagi. Hap hap!

Thursday, June 4, 2015

MY FOURTEENTH #MORNING PAGES (REAL MORNING PAGES)

Haaaaaaai. Long time no see (padahal baru dua hari). Maafkan saya ya. Waktu hari Selasa kemarin, karena libur dan berasa hari Minggu, saya lupa nulis. Benar-benar lupa. Hari Rabu kemarin saya ingat sih sebenarnya, tapi rasanya malu kalo harus nulis morning pages di waktu-waktu habis Magrib atau malah mau tidur lagi. Rasanya saya membohongi diri saya lagi dan lagi. Dan hari ini, hari Kamis, saya nulis ini jam 06.00 pagi! Rekor ya. Selama ini paling pagi mungkin sekitar jam 08.00. Kemajuan lah, ini the real morning pages i think hehe. How's life? Badan masih lemas dan gampang banget buat drop. Suhu badan masih anget-anget manja gitu, sekitaran 37 derajat. Saya pengen keringetan sebenarnya, saya rindu keringetan karena ya memang hawanya panas, bukan karena efek obat penurun panas hehe. Kata orang, sakit tipes itu harus sabar. Extra sabar. Uda hampir 2 minggu saya makan bubur pake kuah sop atau bayam. Pengen muntah? Iya. Pengen sakit lagi? Nggak sama sekali. Jadi? Iya, harus sabar. Mama selalu tanya pertanyaan itu setiap saya mau mulai ritual makan. Mungkin Mama nggak tega. Ya Allah sabar itu emang nggak ada batasnya ya. Kata Mama biar cepet sembuh juga harus ikhlas sama penyakitnya. Dan sama kaya sabar, ikhlas juga nggak ada batasannya, nggak ada ukurannya. Obat antibiotik sudah habis dari hari Senin lalu. Sekarang tinggal minum vitamin buat daya tahan, sama vitamin buat liver sama ginjal. Sambil minum obat cacing yang akhir-akhir ini uda kaya sahabat saya sendiri. Emm, sahabat kedua setelah termometer. 

Saya pengen punya rutinitas yang sehat. Energi saya nggak terlalu terkuras, tapi produktif. Kadang di malam hari, saya sadar sudah melakukan banyak hal hari ini, saya terasa capek, tapi kenapa hasilnya nggak maksimal ya? Kenapa kerjaan belum juga beres ya? Rasanya saya nggak punya manajemen waktu dan pengalokasian tugas yang baik. Energi saya terforsir habis untuk berusaha fokus dari satu kerjaan ke kerjaan lainnya. Atau untuk menanggapi gangguan-gangguan yang silih berganti datang, seperti godaan untuk mengecek email, LINE, BBM, buka web ini itu. Saya nggak punya tameng yang kuat buat menahan godaan itu. Nah minggu-minggu ini saya sedang belajar untuk menyiasati hal itu. Nanti kalo saya cukup berhasil, i will tell you how.

Di satu sisi lainnya, saya merasa nggak kuat dan ingin bekerja formal. Tapi hati kecil saya menolak semua itu. Saya masih punya keyakinan yang besar dengan apa yang selama ini saya lakukan, saya usahakan. Namun terkadang saya suka limbung, bingung nggak ada pegangan, karena bisnis pemula seperti saya memang godaannya silih berganti dan sama sekali nggak mudah. Kurang modal lah, pesenan menurun, bayar pekerja, dll. Sedangkan keuangan belum stabil sama sekali. Saya harus apa ya?

Monday, June 1, 2015

MY THIRTEENTH #MORNING PAGES (AFTERNOON - NIGHT PAGES)

Today, i start to write at my laptop again. Alhamdulillah. Itu berarti saya sudah boleh jalan jauh-jauh. Hehe. Haloo Juni!! Hari ini saya merasa lebih bisa bernafas lega dari pada kemarin. Setidaknya saya mulai bisa berdamai dengan semua pikiran-pikiran yang berkecamuk. Saya mulai bersiap-siap menertibkan kembali hidup saya. Membuat beberapa hal yang kemarin harus terhenti, mulai dikerjakan lagi. Saya sadar, terkadang saya tidak sabar dengan apa yang namanya proses. Saya cenderung lebih senang membayangkan hasil akhirnya. Rasanya saya ingin memangkas semua proses itu menjadi lebih singkat, dengan mengupayakan apapun yang saya bisa. Cara A gagal, coba cara B, terus ke cara C. Saya terkadang lupa untuk duduk sejenak, diam, dan mengevaluasi semuanya dari awal. Mungkin sakit ini peringatan dari Allah SWT. 

Saya juga sadar bahwa yang bisa menyemangati diri kita sendiri saat kita jatuh, atau merasa tidak berdaya, merasa kecil dan tidak berguna, bukan orang lain, bukan keluarga, bukan teman dekat. Cuma diri kita sendiri yang bisa. Mungkin inspirasi datang dari pembicaraan saat ngobrol atau curhat dengan orang lain. Mungkin lewat blogwalking malam-malam. Tapi tetep diri kita yang punya kendali penuh buat terus mau semangat atau sebaliknya. Nulis paragraf ini saya seperti tertampar. 

Talking to somebody whats really going on your mind maybe can help you. Jangan dipendem sendiri. Kalau bete atau galau, jangan cuma diam aja dan uring-uringan kaya saya seharian kemarin. Tapi coba cari tau kenapa kok bete, biasanya dengan ngobrol sama orang lain kita bakal ditanya macem-macem, kenapa kita kok bete, awalnya kenapa dll. Dari situ kita bisa sadar penyebab atau pemicu kita kaya gini itu kenapa.

Duh kok malah jadi kaya ngasih tips and trik ya? Sebenernya ini nasihat buat saya sendiri sih. Saya masih sering sekali limbung. Ngerasa sedih tak berujung tanpa alasan yang jelas. Akhirnya ngerasa rendah diri, nggak bisa ngapa-ngapain. Kalo kata anak sekarang, baper alias bawa perasaan, hehe. Semoga nggak lagi-lagi.
< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.