Monday, February 27, 2017

TRY TO MEET YOUR OWN EXPECTATION : THE IDEAL WEEK

 from here


Bagaimana sih seminggu ideal versimu? Bagaimana kamu memulai hari? Bagaimana senin nya? Bagaimana weekend nya? Pasti punya bayangan kan? Saya pun.

Di awal minggu seperti ini, biasanya Minggu malam Senin, atau Senin pagi seperti ini. Saya punya segudang expectation bagaimana minggu ini akan saya jalani. Tapi seringnya, harapan hanya menjadi harapan. Saat menjalaninya, adaa saja hal-hal kecil yang akhirnya minggu itu saya merasa nggak bisa maksimal, atau saya merasa seharusnya saya bisa lebih produktif dari itu. 

Selalu seperti itu, minggu demi minggu, hari demi hari. Sampai rasanya saya malu sama diri sendiri. Saya malu menjanjikan hal-hal yang nggak bisa saya penuhi ke diri saya sendiri. Akhirnya saya merasa malas mau melakukan sesuatu. Aduh, pokoknya menjalar ke banyak hal. 

Sampai ide ini tiba tadi malam sebelum tidur. Bagaimana sih minggu yang ideal menurut saya? Mengapa nggak coba didetailkan satu persatu, kemudian berusaha sekuat tenaga buat memenuhi itu semua? Sesusah apa sih "seminggu ideal" yang saya punya? Mungkin kalau saya tulis di blog, dan memberi tantangan ke diri saya sendiri, yang bisa dibaca oleh banyak orang, saya berhasil memenuhi versi "seminggu ideal" ala saya. 

Let's try! Tapi sebelumnya, saya akan breakdown satu persatu, kira-kira apa saja kriterianya. Pertama, kualiatas ibadah. Saya akan merasa sangat nyaman kalau minggu itu saya bisa sholat tepat waktu, menjalankan sholat sunnah, dan mengaji rutin. Saya menyempatkan waktu untuk dzikir dan berdoa setelah sholat juga akan membuat pikiran lebih tenang. Kedua, saya tidak tidur lagi setelah shubuh, dan produktif di sela waktu setelah sholat sampai ke kampus. Ketiga, saya buat list mingguan, task apa saja yang harus saya selesaikan minggu ini di evernote, dan mencentang hampir sebagian besar dari task itu di akhir minggu. Keempat, kamar saya senantiasa bersih, nggak ada semut, dan rapih. Kelima, saya olahraga minimal sejam sehari. Hal ini bisa terwujud kalau saya nggak order ojek online buat ke kampus, atau naik bis kuning sekali (pergi atau pulangnya saja), selebihnya saya jalan kaki, kemudian dilanjut yoga kurang lebih 10 menit di kamar. Keenam, tugas-tugas kampus bisa diselesaikan dengan baik, saya punya bahan untuk diskusi dengan dosen di kelas, saya nggak "in rush" sampai kampus. Catatan lengkap dan rapih. Keetujuh, saya makan sayur setiap hari, dan nggak konsumsi kafein setiap malem. Maksimal konsumsi kopi seminggu 2x. Kedelapan, saya tidur nggak lebih dari jam 11 malam. Kualitas tidur maksimal. 

Banyak ya kalo breakdown seperti di atas. Ideal versi saya tampaknya susah sekali ya.. Apa saya harus menurunkan standart? Okelah, mungkin iya. Tapi untuk uji coba try to meet your own expectation versi pertama ini, ijinkanlah saya untuk berjuang memenuhi standart yang sudah saya tetapkan agar bisa mewujudkan minggu ideal versi saya sendiri. Let's try!

Monday, February 20, 2017

YOU REALLY NEED SLEEP


Saya pernah tertidur saat menyetir motor beberapa tahun lalu. Benar-benar tertidur beberapa detik, kemudian bangun karena denger klakson mobil yang bukan ditujukan buat saya. Motor saya tetap jalan di tengah jalan yang memang agak lenggang pagi itu. Nggak berubah haluan tiba-tiba mau masuk ke selokan misalnya. Jadi kalau klakson mobil itu nggak berbunyi, mungkin saya bisa tidur lebih lama lagi sambil nyetir motor.

Beberapa hari terakhir ini saya konsisten tidur di atas jam 2 malam. Kemudian bangun sebentar untuk sholat, dan tidur lelap lagi sampai tergopoh-gopoh mengejar kelas pagi.

Di tulisan ini saya mau cerita, ternyata setelah 4 hari dengan pola seperti itu, saya menyadari bahwa tidur yang nggak berkualitas bukan cuma jadi penyebab ngantuk di pagi hari. Tapi ada banyak sekali hal lain di luar itu.

Mood. Ya Allah, mood saya jungkir balik sekali. Rasanya seperti PMS, atau lebih parah dari PMS, padahal nggak lagi di tanggal PMS. Saya jadi lebih cepat bereaksi atas hal-hal kecil yang seharusnya bisa saya cuekin aja. Terus perasaan exhausted, atau capek berlebihan. Bukan ngantuk ya, cuma rasanya capek terus. Nggak semangat mau ngapa-ngapain. Rasanya pengen terus-terusan "do nothing" dan menghabiskan hari sama hal-hal yang nggak penting. Ya mager gitu. Keinginan buat makan dan makan terus meningkat. Dikit-dikit laper. Aduh komplit banget ya efek dari nggak tidur berkualitas. Udah baper, eh dikit-dikit laper hehe.

Terus yang lebih parah, saya seperti punya "excuse" buat nggak ngelakuin apa-apa saja yang harus saya lakukan hari itu karena "kekurangan jam tidur". Too bad. Tapi setiap dipaksa tidur tetep nggak bisa, sampai akhirnya tidur di atas jam 2 lagi. Soo sad.

Dulu saya nggak pernah ngerti kenapa orang yang punya niat buat diet harus punya tidur yang cukup. Ternyata saya baru sadar akhir-akhir ini bahayanya. Nafsu makannya nggak terkontrol, mau punya pikiran positif yang bisa dia pakai buat suggest diri kalo diet ini bakal ada efeknya dan berhasil juga pasti susah.

Tapi sedihnya, saya merasa sangat produktif di atas jam 11 malam. Pekerjaan yang numpuk bisa terurai satu demi satu. Tapi ya itu tadi, saya jungkir balik nyiasatinnya. Any suggest or advice for me?


Sunday, February 12, 2017

YOU NEED TO CALL YOUR FRIENDS...



Weekend ini saya stay di kosan nggak keluar kemana-kemana. Kecuali ke minimarket dan warung padang buat beli makanan. Niat saya rupanya didukung semesta. Hujan terus turun, paling disela jeda cuma beberapa jam, kemudian deras lagi.

Selain ada beberapa tugas yang harus saya selesaikan, saya merasa ada yang kosong dan harus saya isi. Saya rindu teman-teman saya. Saya rindu ngobrol panjang lebar. Saya rindu didengarkan, dan mendengarkan. Saya rindu tertawa karena hal-hal bodoh. Saya ingin diyakinkan kalau proses yang saya pilih ini benar adanya. Saya ingin dikuatkan sebelum minggu-minggu berat akan datang.

Saya telpon dua teman dekat saya weekend ini. Dan rasanya menyenangkan, membuat ringan, dan membuat tidur lebih nyeyak. Sebenarnya, saya lebih menikmati suprise call. Saya meneleponnya tanpa janjian, atau chat sebelumnya. Langsung aja telpon. Meskipun ada resiko nggak diangkat, atau diangkat tapi dia lagi sibuk. Tapi itu menunjukkan kalau saya memang kangen atau saya nggak perlu punya alasan khusus buat menelepon. Saya butuh ngobrol sama dia tanpa alasan khusus.

Tapi untuk dua telepon weekend ini, saya harus membuat janji dulu. Nggak harus sih. Tapi saya memang chat terlebih dulu beberapa hari sebelumnya. Meskipun begitu, saya tetap bisa menjadi diri saya sendiri, saya tetap merasa mengobrol dengan teman saya sedekat dulu. Rasanya tidak ada yang berubah. Saya merasa tidak berjuang sendirian. Saya merasa yang sedang berproses tidak hanya saya sendiri. Kami mengobrol banyak hal, mulai dari kuliah saya, jodoh-jodohan, sampai keluarga.

Saya berhasil cerita ketakutan saya, ide-ide liar saya, pandangan saya tentang politik, tentang hidup, tentang dunia, tanpa merasa terhakimi, atau harus melakukan pembuktian apa-apa. Saya di debat, dan saya mengaku pendapatnya jauh lebih rasional. Saya dinasehati macam-macam, dan saya juga panjang lebar menasehatinya macam-macam. Rasanya tiba-tiba semua menjadi ringan dan menyenangkan.

Dunia ini sangat kejam ketika kamu merasa harus berjuang sendirian. Tapi kalau kamu sadar ada orang lain yang sedang berjuang juga, berproses juga, rasanya dunia nggak jadi sekejam sebelumnya. Apalagi di usia saya dan teman-teman saya yang sedang rawan seperti ini. Rasanya lemah sekali kalau tidak saling menguatkan. Jangan gengsi atau jangan terlalu pikir panjang buat telepon teman lamamu. Mereka juga butuh buat ditelepon, bahkan mungkin sudah menunggu lama teleponmu.

Tuesday, February 7, 2017

THE HARD PART : SEARCHING MOTIVATION

I remember, waktu itu saya pernah ngerasa aneh karena terus menerus baca tulisan tentang "how to life better" atau liat youtube tentang "morning routine" dan ngerasa dapet semangat lagi habis baca atau liat video itu. Saya nggak suka (atau lebih tepatnya, belum bisa suka) drama korea, atau hal-hal berbau korea lainnya yang bikin candu. Jadi kalau ada temen yang komentar kok sempet banget ngeliat youtube tentang rutinitas orang-orang, saya juga sama herannya, kok mereka sempet dan mau banget nungguin episode drama korea tiap minggunya sampai begadang.

Sampai saya melihat video ini :



Lucu ya, saya waktu itu ngerasa "Oh jadi selama ini saya ngeliat video itu atau baca-baca tulisan itu karena saya berusaha cari sumber motivasi, saya berusaha menyemangati diri sendiri. Dan let me tell you, its the hard part of your life. Jungkir balik cari hal-hal yang terus-terusan bikin kamu semangat ngejer deadline, ngejer target, ngejer mimpi, ngejer apapun yang kamu yakini. Semangat itu harus kita sendiri yang aktif nyari, nggak mungkin ada orang yang akan terus menerus nyemangatin kita pagi-siang-malem. Dan meskipun ada, kadang rasanya beda sama semangat yang kita dapet dari hasil pencarian kita.

Waktu mulai semester kaya sekarang ini, kadang pikiran bisa stuck. Bawaannya pengen review dan review lagi, "why im here?" atau "what im looking for?" perasaan kaya gitu bisa banget buat hari tiba-tiba kelabu. Bawaannya pengen ngeringkuk terus di dalem selimut. Apalagi buat saya pribadi, semester dua ini terlihat berat sekali. Sampai-sampai di awal semester kemarin kita dibekali semacam pelatihan 3 hari berturut-turut yang tujuannya sebagai tabungan memori kalau nanti kita merasa nggak mampu menyelesaikan semester ini, atau kalau kita dirundung emosi-emosi gelap yang selalu mendorong kita buat nyerah aja.

And, I'm here now. Nulis blog lagi. Berusaha menuhin komitmen buat terus tetep nulis apapun yang terjadi semester ini. Dan sepertinya ini sumber motivasi yang besar banget. Saya bercakap-cakap dengan diri saya sendiri. All is well, Han. Semua akan baik-baik saja. Kamu pernah melewati yang lebih berat dari ini. Kalau nanti kamu ngerasa suntikan semangatnya habis, ya nggak usah merasa bersalah banget, itu wajar. Cepet-cepet cari sumber semangat yang baru. Selama ini kamu sudah sering melakukan itu. Just do your best. :)
< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.