Tuesday, October 24, 2017

Why Cooking Always Make Us Happy?


Saya termasuk orang yang kalo pusing dan bete, bawaannya pengen masak. Masak sendiri, dan dimakan sendiri, itu sudah jelas, hehe. Sepulang dari urusan kampus setelah magrib, sebanyak apapun tugas yang harus saya kerjakan, saya sering kali menyempatkan untuk ke dapur dan masak. Bikin tumisan sayur, bikin salad, atau goreng sesuatu. Yah, sekiranya prepare masak, proses masak, sampai makan kira-kira satu jam. Meskipun sebentar dan sederhana, saya merasa itu salah satu "me time" paling berkualitas yang saya lakukan dalam sehari. Saya selama ini sangat menikmatinya tanpa tahu alasan mengapa masak begitu saya rindukan dalam sehari. Hingga suatu saat...

Saya ikut pelatihan terkait trauma, dan dosen saya menjelaskan terkait memasak dengan sangat sederhana. Tapi saya sadar itu adalah "aha moment" yang benar-benar menjawab apa yang saya pikirkan selama ini. 

"Kalau bete, atau nggak semangat, kenapa kok kita pengennya masak aja? Saya juga gitu, sampai rumah bodo amat deh laporan kasus dll, yang penting saya masak dulu, potong ini itu, kupas ini itu, sampe jadi masakan.. Eh tiba-tiba jadi, trus dimakan, kenyang, dan kita happy." 

Kemudian beliau menjelaskan, bahwa dalam proses masak, kita harus menyelesaikan langkah demi langkah, goalnya kecil-kecil sampai jadi goal yang besar yaitu masakan siap kita makan. Goal kecilnya mulai dari cuci sayur, potong semua sayur, siapin bumbu, dan seterusnya. Kita lebih bahagia dan semangat karena goalnya kecil-kecil dan tujuannya jelas. Proses mencapai goal kecil ini juga dengan usaha yang konkrit, sehingga kita semakin semangat buat sampai goal besarnya. Selain itu, masak butuh pikiran yang fokus, nggak kepecah-pecah. Secara nggak langsung otak kita istirahat dari segala bentuk beban hidup yang kita rasakan, dan fokus bagaimana caranya masakan ini bisa dimakan dengan segera dan enak. 

Sejak saat itu saya semakin menikmati proses memasak. Selain memasak, saya juga menikmati proses menyetrika. Iya, menyetrika. Pekerjaan yang biasa dihindari oleh sebagian ibu rumah tangga, justru saya sangat menikmatinya. Kemudian, saya berpikir apakah menyetrika ini bikin saya happy dengan analogi seperti memasak bikin saya happy? Ternyata tidak begitu mirip. Goalnya dalam proses menyetrika adalah goal kecil-kecil seperti memasak yaitu satu baju yang awalnya kusut jadi rapi. Tapi, dalam memasak, variasi kegiatannya banyak sekali, ada mencuci, mengupas, memotong, mencincang, menumbuk, menumis, menggoreng, merebus, mengkukus, dan banyaaak sekali. Sedangkan dalam menyetrika hanya ada satu variasi kegiatan yaitu menggosok setrika di atas pakaian. Mungkin karena minimnya variasi kegiatan itu yang bikin kita cepet bosan saat menyetrika. Untuk saya, menyetrika tetap proses yang menyenangkan nomor dua setelah memasak, karena sebelum mulai menyetrika segunung pakaian, saya mulai dari proses klasifikasi terlebih dulu. Oh ini baju tidur sama baju tidur, kerudung sama kerudung, baju formal sama baju formal dan seterusnya. Tapi satu catatan untuk saya, meskipun bisa menikmati proses menyetrika, saya nggak suka proses melipat pakaian. Jadi, setelah disetrika pakaian tersebut akan langsung saya gantung dengan hanger, hehe. 

Apapun itu, ternyata bikin kita happy itu sederhana ya. Nggak perlu jauh-jauh plesiran ke luar negri. Dan alangkah baiknya kalau goal kita dalam satu hari bisa di break down kecil-kecil seperti proses kita saat memasak. Lets try..

image from here

Tuesday, October 17, 2017

Speed Recovery


Di tengah semester kasus seperti ini, rasanya setelah selesai satu kasus pengen punya waktu beberapa hari buat tiduran, nafas, dan do something di luar urusan laporan. Tapi ternyata itu hanyalah mimpi di siang bolong. You need extra speed recovery Han. Mungkin dulu, setelah badai menghadang, nggak tidur berhari-hari, selalu ada hari-hari untuk menuntaskan capek setelahnya. Hari-hari slow motion, dan bisa tidur-makan-nonton sampai capeknya hilang. Sampai betenya menguap. Sampai rasanya badan dan otak siap buat diajak mikir berat lagi.

Tapi nggak kaya gitu buat sekarang. You can't. Jangan berharap. Kamu harus punya plan yang singkat dan mujarab untuk recovery. Harus singkat, tapi efeknya bener-bener bisa sama atau bahkan lebih dengan tidur berhari-hari seperti sebelum-sebelumnya. Sampai sekarang, bisanya baru tidur panjang dari habis Isya tet sampai Shubuh. Dari jam 7 malem sampe jam 5 pagi. Badan seger sih, rasanya punya tenaga lagi. Tapi capeknya masih ada. Mungkin besok-besok boleh ditambah yoga, mandi air hangat, tidur panjang, nulis blog, nggambar, baca novel fiksi, dan sebagainya. Tapi semuanya harus terplanning ya, biar nggak makan waktu banyak. Oiya, satu lagi Han, jangan kebanyakan minum obat pain killer. Itu nggak sehat, dan kamu uda tau banget tentang itu. Please, berusahalah lebih keras untuk hidup lebih sehat. No pain killer, no sugar drink, more walk, more yoga, dan lebih banyak bersyukur.

Semua pasti terlewati.

Image from here
< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.