Sunday, December 20, 2015

Day 3 & 4 Not Sleep After Shubuh : FAILED and SUCCESS


Sundaaay! Finally, hari keempat ini saya sukses nggak tidur lagi habis Shubuh hehe. Setelah hari kedua dan ketiga faail. Oke ini recapnya :

Hari ketiga (Sabtu, 19 Desember 2015) fail karena : Tidur jam 00.30 malam, Bangun jam 04.30 subuh, dan hujaan! Hujan deraas sekali. Coba tell me, kekuatan apa yang bisa membuat saya menjauhi kasur ketika suasana sudah sangat mendukung seperti itu? Ditambah lagi Mama bolak-balik bilang, "Aduh enak banget ini tiduur, jendela dibuka Han, terus semoga hujannya awet ya, eh kayanya emang awet sih, kamu nggak tidur Han?" Saya nggak kuat batin. Tidur pulas dan bangun jam 8 pagi ketika hujan baru saja reda. Hmmm

Hari ini, hari Minggu sekaligus hari keempat, saya berhasil nggak tidur lagi karena : Saya punya niatan buat ke pasar minggu, dan saya memikirkan ide yang sangat cemerlang sehabis Shubuh. Pikiran saya terus kemana-mana, merencanakan banyak hal buat eksekusi ide itu. Selain itu, saya ditelpon Baba lamaaa sekali, kan nggak enak mau tidur. Oiya, trus punya janji mau yoga kecil-kecilan sama Mama. Dan saya berhasil loh! Saya nggak tidur habis Shubuh! Padahal tadi malem saya juga tidur jam 00.30 karena keasyikan baca sinopsis cansu hazal. (Nggak penting ya? Tapi saya penasaran cerita season 2 nya, karena belum tayang, jadi baca sinopsis aja deh, hehe).

Ternyata, meskipun saya sama-sama tidur jam 00.30, saya bisa kok nggak tidur lagi habis Shubuh. Bisaa, asaal niatnya kuaat dan ada sesuatu yang dipikirkan sampai rasa-rasanya merasa rugi kalau milih buat tidur lagi. Oke, noted. Good luck for tomorrow Han! 

Friday, December 18, 2015

Day 2 Not Sleep After Shubuh : FAILED

Halo felas. Yeah, i know. Its too late. 8 pm and i just try to write this. Oke, let me know you. Ini baru hari kedua dari self experiment yang saya buat kemarin dan saya gagal. Habis Subuh mata saya sangat berat dan sulit sekali buat tetap terjaga. Saya tapi tetap berusaha dengan makan pepaya habis sholat dengan harapan mata saya bisa terbuka dan kantuk saya hilang. Ternyata itu belum ampuh. Saya kembali ke kamar, menarik selimut, dan tidur sampai jam 8 pagi.

Akhirnya saya bangun dengan perasaan sedih dan kecewa layaknya pecundang (em, nggak tau juga sih, apa kaya gini ya yang dirasain para pecundang hehe). Saya gagal di saat self experiment ini baru dimulai kemarin. Apa-apaan ini? Tapi dont worry, saya sudah commit akan terus melanjutkan sampai 2015 usai.

Let me recap. Jadi gini, semalem dapat berita duka dari keluarga, awalnya niat mau tidur jam 10 malam, ternyata nggak bisa. Pikiran kemana-mana, saya baru tidur jam 11 lebih. Kedua, Mama harus pergi ke luar kota buat takziyah tepat setelah Shubuh. Saya jadi nggak semangat bangun karena tau bakal sendirian di rumah seharian ini. Aaah itu cuma alasan saya hehe. Intinya niat saya kurang bulat pagi tadi. Dan oh iya, saya nggak punya planning yang jelas harus apa. Jadi saya nggak punya alasan kuat untuk tidak tidur lagi setelah Shubuh.

Padahal saya sudah pakai cara kemarin lo, gosok gigi yang lamaa sebelum sholat Shubuh. Tapi rupanya cara itu kurang begitu berhasil untuk hari ini. No problemo, saya akan menemukan cara mujarab lagi besok, insyaAllah.


Thursday, December 17, 2015

Self Experiment : Not Sleep After Shubuh


Bonjouuur! Selamat pagi. Ini postingan hari pertama self experiment yang saya jadwalkan. Self experiment? Iyaa, jadi gini.. sebelum 2015 berakhir, saya ngerasa kalo habbit yang paling susah saya hilangkan adalaah tidur lagi setelah sholat Shubuh. Ya Allaah, its too haard. Selama ini saya sudah mencoba berbagai cara, tapi belum benar-benar bisa jadi new habbit, mungkin karena saya belum usaha maksimal, dan niatnya kurang bulet. Di satu sisi saya yakin sekali kalau nggak tidur setelah Shubuh itu membawa banyak sekali manfaat dan berkah. Tapi di sisi lain, saya terbiasa tidur sampai larut malam karena saya merasa sangat produktif di atas jam 9 malam. Jadi jam tidur saya selalu kurang kalau saya tidak tidur setelah Shubuh. Misalnya saya tidur jam 1 malam, ketika bangun jam 4.30, jam tidur saya baru 3,5 jam. Saya butuh 3-4 jam lagi untuk benar-benar bugar. Akhirnya saya tidur lagi dan bangun jam 8 pagi.

2015 sudah mau berakhir nih, saya harus meyakinkan diri saya kalau sebenarnya saya bisa kok nggak tidur lagi sehabis Shubuh kalau benar-benar komitmen. Saya akan mencoba berbagai macam cara dan stimulasi agar saya semangat bangun waktu Shubuh dan nggak tidur lagi setelahnya. Mungkin cara-cara yang saya temukan selama 15 hari kedepan bisa jadi metode yang pas untuk saya pakai ke depannya, atau mungkin saja bisa bermanfaat buat orang lain yang baca postingan ini.

Start hari pertama, hari ini tanggal 17 Desember 2015 dan akan berakhir di tanggal 31 Desember 2015. Setiap harinya, saya akan menulis perkembangannya di blog ini, sebagai bahan monitoring dan semangat buat saya karena ada banyak yang membaca dan ikut memantau, syukur-syukur kalau mau ikut menyemangati hehe.

Untuk hari pertama ini, Alhamdulillah saya berhasil tidur jam 10.30 malam kemudian bangun jam 4 pagi dan belum tidur lagi sampai sekarang jam 10 pagi. Saya berhasil melakukan banyak hal, dari menyiapkan pesanan, membuat beberapa tulisan dan ke pasar, hehe.

Cara yang berhasil buat pagi ini : Saya niatan bangun sebelum adzan Shubuh, sahur, sikat gigi yang lamaa, sampai benar-benar sadar lalu sholat. Aaand its work baby. How about tomorrow? We will see. Wish me luck!

image from this

Friday, December 11, 2015

You Can't Control Everything

Fiuh. Beberapa hari terakhir ini saya sibuk sekali. Alhamdulillah. Sampai-sampai rasanya tiap mau tidur, otak terasa sangat panas dan berdesing parah. Hampir 17 jam saya bekerja non stop hari-hari ini. Menyiapkan pesanan, dan menjalankan beberapa project yang deadlinenya semakin menghantui. Saya berusaha mengkontrol semuanya secara rapi. Schedule sudah saya buat jauh-jauh hari. Hari ini harus selesai ini, besok pagi potongin ini, selesai rapi besok lusa jam segini. Tapi kamu tau? Ada banyak sekali hal yang memang tidak bisa kita kontrol meskipun kita sudah berusaha maksimal. Dan ketika kamu merasa sangat tegang dikejar deadline, kemudian capek karena otak terus-terusan dipaksa untuk bekerja, maka selanjutnya hal-hal kecil yang biasa datang dan tidak terlalu mengganggu, akan menjelma menjadi hal-hal besar yang sangat mengganggumu. Kamu akan mudah sekali marah karena hal-hal remeh. Hal-hal yang biasanya bisa kamu sikapi dengan tersenyum kemudian tertawa menyadari kebodohanmu.

Setelah beberapa hari menjalani ritme seperti ini, tadi sore saya menyerah. Saya butuh istirahat. Saya tidak mood buat melanjutkannya lagi. Saya ingin makan coklat dan tidur. Saya tiba-tiba tidak bisa berbasa-basi, tidak bisa menanggapi pembicaraan Mama. Saya butuh tidur. 

Ternyata setelah tidur sore pun, saya belum benar-benar kembali ke mood normal. Beruntung sekali saya memiliki Mama yang bisa menyikapi dan tanggap dengan keadaan seperti ini. Mama berkali-kali meyakinkan kalau saya capek dan jenuh, kemudian mengajak saya keluar buat makan malam. Diperjalanan saya berpikir banyaak sekali. Dan meyakini bahwa memang ada banyak hal yang tidak bisa kita kontrol, dan dalam keadaan dikejar deadline, kita menjadi lebih sensitif dengan hal-hal yang tidak bisa terkontrol itu. Sensitif dan emosi tidak terkendali. Kalau sudah seperti itu, kita harus bisa mengambil jeda, memaafkan diri sendiri, berdamai dengan diri sendiri, dan yakin bahwa Allah menyiapkan banyak sekali pelajaran kalau kita mau berpikir. 

Deadline memang sangat menghantui, tapi jangan sampai kita jadi sangat kerdil karena tidak bisa mengontrol emosi selama mengejar deadline itu. Latihan pernafasan, lari, dan yoga, juga minum banyak air putih, mungkin bisa membantu. Kita manusia, banyak sekali lemahnya, banyak sekali kurangnya, dan banyak sekali lupa bersyukurnya. 

Good Night everyone!

Pic from here

Thursday, December 3, 2015

My Comfy Food

What is your comfy food? It is a hot soup? Hot chocolate? Atau nasi lalapan favorit pake sambel yang pedaas? Ataau sayur asem buatan mama dimakan sama perkedel jagung? Aaargh, itu semua favorit saya hehe. Tapi buat akhir-akhir ini, my comfy food itu buah, terutama mangga (karena lagi musimnya) dimakan sama yogurt plain buat menu sarapan. Yes, i do. I eat fruit and fruit and fruit for breakfast because im trying to food combining. 

PS : Membayangkan sarapan yang enak dan segar seperti ini selalu sukses membuat saya bangun lebih pagi. The power of food! 


Wednesday, November 25, 2015

Because Being A Teacher is My Hidden Dream

Selamat hari guru! Ini percakapan saya dengan Mama pagi tadi. Mungkin kamu mau membacanya. Satu hal sih, jangan pernah malu buat punya cita-cita jadi seorang guru!

Obrolan tadi pagi :

Aku : Ma, kenapa ya kalo ada anak ditanyain cita-citanya apa, atau kalau besar pengennya jadi apa, terus jawab “Aku mau jadi guru..” kebanyakan orang tuanya pasti nambahin.. “Jadi dokter aja Nak, dokter itu mulia”. Atau “Iya, jadi gurunya mahasiswa ya, jadi dosen.” Kesannya kaya jadi guru itu bukan pilihan pertama.

Mama : Iya, trus nanti waktu uda mau kuliah bilangnya, “Uda cobain yang lain dulu.. nanti kalo nggak terima mana-mana baru coba pendidikan guru..”

Aku : Bangeet Maa.. hehe. Separah itu kah jadi guru?

Mama : Yah mungkin pandangan orang tua, jadi guru itu gajinya rendah, nggak sebanding sama kerja kantoran atau kerja Bank. Apalagi guru swasta, bukan PNS, gajinya berapa.. PAUD di sebelah rumah itu, padahal muridnya banyak kan, gaji gurunya paling nggak sampe 300 ribu sebulan. Orang tua kan takut hidup anak-anaknya jadi nggak sejahtera.

Aku : 300 ribu sebulan Ma? Makan apa Ma? Itu di luar uang transport kan?

Mama : Sayangnya, itu sudah sama transport. Ya memang segitu gajinya. Akhirnya efeknya ke muridnya. Waktu gajinya uda habis, dan tanggungan di depan mata, guru itu ngajarnya jadi bentak-bentak, marah-marah terus. Ya wajar, kebutuhan hidupnya nggak terpenuhi. Waktu ngajar jadi nggak konsentrasi, kepikiran gimana cara bayar hutang, gimana cari uang tambahan..

Aku : Iya sih Ma, balik-balik lagi soal gaji ya. Padahal kan uda ada sertifikasi, uang impasing, banyak lah tunjangan buat guru..

Mama : Iya, sertifikasi emang membantu banget, apalagi kalo dapet impasing, bisa 2x lipat dapetnya. Tapi dapet sertifikasi itu juga ga jamin kualitas gurunya.. Apa ya, kesannya kaya cuma ngejer gaji aja.. padahal sertifikasi itu kan tunjangan, bisa kapan aja dicabut sama pemerintah. Jadi kaya ketakutan gitu uang sertifikasinya dicabut, jadi syarat birokrasi yang ribet mau nggak mau diturutin demi tetep dapet sertifkasi. Akhirnya ngajarnya nggak maksimal..

Aku : Iya tapi itu kan haknya Ma. Uda rejekinya.

Mama : Iya, Mama tau. Tapi ya seharusnya emang pola penggajiannya aja yang dirubah. Kalo patokan gaji guru uda di atas rata-rata, akhirnya kualitas guru yang tersaring dari awal memang uda maksimal. Akhirnya anak-anak muda, orang-orang profesional, mau terjun ngajar anak TK, anak Playgroup, anak SD. Di Finlandia dan negara-negara yang memang memperhatikan pendidikan itu anak Playgroup – TK diajar langsung sama professor. Mereka bener-bener peduli bagaimana caranya otak anak dibangun secara maksimal di usia golden agenya..

Aku : Masalahnya Ma, di Indonesia ini, pendidikan belum jadi hal yang paling utama buat dipikirkan. Masih setengah-setengah. Jadi guru selalu dipandang sebelah mata. Banyak sih PR nya, nggak bisa nyalahin pemerintah juga. Masyarakatnya sendiri juga belum bener-bener yakin kalo pendidikan itu jalan keluar dari setiap masalah yang ada.

Mama : Iya, tapiiii bukan berarti kita harus kehilangan semangat. Kehilangan harapan. Pasti suatu saat nanti akan tiba masanya kualitas pendidikan, kualitas guru kita, bisa sejajar dengan negara-negara lain.
 
Aku : Semoga Ma, Aaamiiiin.




Obrolan-obrolan yang rada aneh, twitty, (dan semoga ada maknanya) antara saya dan Mama bisa dibaca di blog kita. Ini liknya : http://bit.ly/1MBMsml 

Semoga bermanfaat :)

Friday, November 13, 2015

I PREFER MONOTASKING NOT MULTITASKING

Hi peoplee. 



Sebelum ini saya selalu berpikir kalau orang yang bisa multitasking di satu waktu itu keren banget. Misalnya dia bisa ngetik sambil sesekali searching, atau bisa jawabin email sambil makan siang. Menurut saya, itu menghemat waktu dan yaah, harus terus-terusan dilatih. Saya pun berusaha buat multitasking, atau lebih tepatnya kecanduan buat multitasking. Saya ngobrol sama Mama sambil buat power point, atau bikin to-do-list buat besok sambil nonton serial turki, dan lebih banyak lagi yang ekstrim, seperti dzikir habis solat sambil cari ide buat produk baru. Yang terakhir ini bikin sedih banget. 

Secara nggak sadar, saya terus berusaha, memaksa diri untuk bisa multitasking di setiap kondisi. Sampai saya sampai di titik jenuh dan capek yang berlebihan. Kenapa?

Pertama, saya ngerasa hasil kerja saya nggak bisa selesai maksimal. Bawaannya capek kalau mau dikoreksi lagi. Kedua, saya butuh waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan satu tugas. Lamaaa sekali. Misalnya untuk mengetik sebuah tulisan yang sudah terkonsep (saya hanya tinggal menyalin jadi word saja) butuh waktu sampai 1 jam lebih. Karena saya barengi dengan lihat youtube, buka facebook, ngecek email, bikin design corel. Seharusnya saya bisa menyelesaikannya kurang dari 15 menit. Ketiga, saya kesulitan buat fokus. Setiap pikiran saya dipaksa buat berpikir lebih kreatif, atau lebih sulit dari biasanya, saya cenderung menghindari proses itu dan langsung meng-switch apa yang sedang saya kerjakan dengan sesuatu yang menyenangkan, seperti nonton youtube. Keempat, di penghujung hari, waktu malam sebelum tidur, saya dipenuhi perasaan galau dan cemas yang berlebihan, karena ngerasa kurang produktif, ngerasa banyak tugas yang belum terselesaikan, ngerasa belum maksimal, dan berkomitmen buat lebih multitasking lagi di hari besoknya. Terus seperti itu sampai saya hampir runyam. 


Saya capek, dan saya mulai merenungi apa yang salah dengan kebiasaan saya. Mulailah proses mencari jawaban, sampai ke webnya fast company, dan melihat video ini :



Saya meyakini bahwa sumber stress yang sering saya rasakan akhir-akhir ini karena saya berusaha buat jadi seorang multitasker. Yuuup! Oke, perlu diingat sebelumnya bahwa memulai buat jadi seorang yang multitasker ini awalnya susah, saya berusaha, tapi setelah kecanduan dan berusaha ingin berhenti seperti sekarang ini, terasa lebih susah daripada memulainya. Aaaargh!

Di video itu, saya juga menggaris bawahi satu hal. Ternyata selain perlu jadi monotasker, ada hal yang lebih penting lagi. Yaitu berusaha untuk menghilangkan semua gangguan yang mungkin akan muncul di tengah jalan. Misalnya,waktu lagi ngetik postingan ini, saya menonaktifkan hape saya. Saya berusaha untuk tidak terpengaruh apapun. Dari pada saya mengerahkan energi untuk menghindari gangguan itu, kenapa tidak saya lenyapkan sekalian. Jadi mulai sekarang, saya akan berusaha untuk jadi monotasker. Akan sulit memulainya, tapi saya yakin ini akan berdampak jauh lebih baik dalam kehidupan saya, dari pada jungkir balik berjuang jadi multitasker. 

Good luck!



Monday, November 9, 2015

SIAP-SIAP SEBELUM HUJAN DATANG!

Sebelum hujan datang tiap hari, apa sih yang biasa disiapkan? Biasanya, payung, jas hujan, sendal jepit, indomie kuah, dan playlist yang pas buat didengerin waktu hujan turun, hehe. Dari tahun kemarin saya jadi suka bikin playlist buat didengerin waktu hujan, dan biasanya diimport ke itunes biar bisa ke sync di hape. Tapi beberapa bulan yang lalu, saya kenalan sama 8tracks. Aaaand i looove it. Saya bisa ngesearch playlist yang sudah disiapkan oleh user-user lain sesuai mood. Biasanya saya ngesearch "drive alone" waktu lagi nyetir sendirian. Atau "get shit done" waktu lagi dikejer deadline.

Berhubung beberapa hari ini sudah mulai turun hujan deras di rumah saya, jadi saya antisipasi buat playlist dan menguploadnya ke akun 8tracks saya. Lagu di playlist ini lagu-lagu yang easy listening, dan all time my favorite! Mulai dari jason mraz, naif, sampai yuna zarai. Totalnya ada 10 lagu. Enaknya sih didengerin waktu mulai gerimis manja, sampai cuaca cerah setelah hujan. Sambil makan indomie kuah, atau sambil makan roma tumpuk coklat snack baru yang asli enak banget itu, hehe. Tapi waktu kamu lagi nggak di rumah, dan malas bawa jas hujan atau payung seperti saya, dan lebih memilih buat berteduh sambil merenungi kehidupan (ceilah) this playlist for you too! Hope you enjoy it!

 

Thursday, October 29, 2015

My New Addiction


Hai everyone. Saya mau cerita kalo saya punya kebiasaan baru yang lucu banget kalo dipikir-pikir. Jadi gini, setelah jenuh dan merasa lelah dengan tugas saya hari ini, saya biasanya baca-baca blog bisnis dan startup pemula, baca interview tentang CEO yang sukses mendirikan bisnisnya di usia muda, sukses dalam waktu yang cukup lama, sangat lama, atau sukses dalam waktu hanya beberapa bulan setelah bisnisnya diluncurkan. Dan saya sepertinya punya kadar kepo yang cukup tinggi. Saya buka halaman web bisnisnya, saya cari tau apa yang sebenernya sedang ia kerjakan, bisnis apa yang sedang ia lakukan. Setelah itu, saya akan cari halaman pertama dari web atau blog orang tersebut. Saya pengen tahu bagaimana cara ia memulai, bagaimana respon orang-orang di postingan pertamanya. Bagaimana ia bertransformasi dari yang sangat sederhana menjadi wow seperti sekarang. Nggak cuma di web aja, kalo misal dia cerita, kesuksesannya bermula karena berhasil punya follower banyak di instagram, maka saya akan buka IG nya dan scrooooooling sampai bawah. Sampai postingan terbawah. 

Kadang kalo postnya uda ribuan capeeek banget buat ngescroolnya. Tapi itu terpuaskan waktu saya sadar kalo post pertamanya 'biasa aja' dan minim respon. Saya jadi sadar kalo semua itu butuh proses, nggak ada yang instant. Nggak mungkin tiba-tiba langsung bisa terlihat stunning, likes sampe ribuan, dan follower ratusan ribu, kalo kamu nggak mau mulai dari hal yang sederhana dulu. 

Setelah puas dan merasa semangat lagi, saya akan kembali ke pekerjaan yang harus saya selesaikan. Polanya terus seperti itu. Btw, minggu lalu saya nulis tentang KEPO di akun cerita dari mama, dan saya sadar, hobi baru saya ini mungkin termasuk kepo yang positif, dan termasuk produktif, maybe?

Hahahahaha. Have a niceee day! 

Thursday, October 22, 2015

How You See The World?

image from here
Kadang saya takjub sama orang yang sangat mampu berpikir positif di setiap suasana. Kadang saya juga takjub sama orang yang selalu melihat sisi negatif dari apapun. Please noted, apapun. Lihat tv, ada acara masak, eh bawang putihnya di geprek doang, nggak pake di ulek halus, uda ngomel panjang, ngatain kalo chefnya abal-abal lah, nggak bisa masak masakan Indonesia lah, hehe. Lihat seprei baru tanpa motif udah komentar macem-macem, nanti cepet kotor lah, gampang kelunturan, kelihatan kusut, dan sebagainya, padahal megang tekstur kainnya pun belum.

Lebih takjub lagi kalo liat ibu-ibu yang cuma diem aja, senyum tenang, padahal di sebelahnya ada beberapa orang yang sedang menggunjingkan sesuatu, menggunjingkan seseorang. Dia tidak tertarik untuk menimpali, atau ikut komentar. Memang sih, di dalam hati siapa yang tau. Tapi buat bertahan seperti itu sama sekali nggak mudaah. Apalagi kodrat cewek memang suka sekali mengomentari segala sesuatu. Saya sempat membayangkan bagaimana bentuk hatinya, mungkin bersih, bersih sekali, tidak ada bercak noda apapun.

Selama proses observasi dan menelaah beberapa minggu ini (ceilah), saya percaya bahwa cara berpikir kita, entah itu positif atau negatif, tergantung cara kita melihat kehidupan ini.

Kalau kamu melihat kehidupan ini kejam dan jahat, maka akan sulit sekali punya pikiran positif. Kalau melihat kehidupan ini sebagai ajang perlombaan, untuk cepat sampai di garis finish (yang sama sekali masih abu-abu, kecuali kematian), untuk bisa mengalahkan seseorang, untuk bisa terlihat lebih unggul daripada seseorang, maka kamu akan kerdil dengan pikirianmu itu, dan pikiran negatif akan sangat mudah mempengaruhimu. Sama juga dengan cara kita memandang Indonesia, apa negara ini sungguh begitu memalukan dan tidak ada harapan, maka setiap ada berita baik tentang negara ini, kita semakin mudah untuk menyangkalnya, mencari-cari kesalahannya.

Tapi kalau kita terbiasa melihat kehidupan itu sesuatu yang menyenangkan, berusaha berbagi buat sesama, berusaha melihat setiap celah harapan (seriously, harapan itu salah satu alasan yang membuat kita semangat menjalani hidup ini, mesikpun kebanyakan harapan palsu, but we still need it), berusaha buat selalu meredam ego diri, berusaha tidak menyalahkan orang lain, berusaha memaafkan orang lain dan diri sendiri, maka bukan hal yang mustahil kalau pikiran positif bisa lebih sering datang daripada pikiran negatif.

And i need to learn how to do it. Please send a good luck to me! :')

Saturday, October 17, 2015

LIFE UPDATE!

image from this

Halo, im come back! Akhir-akhir ini sibuuuk sekali. Sibuk dengan pikiran-pikiran yang datang silih berganti. And you know, ada banyak sekali orang yang ada di luar sana mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya saya lakukan di rumah. Its soo funny. Ada yang titip tanya lewat Mama, ada yang titip tanya lewat pembantu, ada yang tanya langsung tapi di awali pakai "Maaf lo ya kalo menyinggung, jadi kamu selama ini ngapain Han? Nggak cari kerja? Nggak sibuk-sibuk masukin lamaran?" Hehehe.

Anda bingung? Sama, saya juga. Sering banget tiba-tiba galau 'apa mending aku daftar kerja ya', tapi akhir-akhirnya selalu tetep keukeuh. Sebentar, give me a little more time. Saya mau mewujudkan apa yang selama ini saya cita-citakan. Saya sedang membangun sesuatu. Saya sedang mengokohkan kaki-kaki saya lebih kuat lagi. Saya sedang berusaha merealisasikan bayangan-bayangan masa depan yang dari dulu saya bayangkan. Stay at home. Being productive at home. Do something. Buat sesuatu yang bisa jadi passive income. Buat sesuatu yang selama ini saya yakini benar. 

Waduh, jangan dibayangin gampang. Susah sekali menghandle semuanya jadi selaras, seimbang, berjalan beriringan. Kepengen banget kok punya gaji utuh dari perusahaan mapan kaya kalian-kalian. Tapi iya, mungkin saya masih berjuang dengan idealisme saya sendiri. Tapi saya action, nggak cuma diam di angan-angan. Saya nggak takut apapun, karena rejeki pasti sudah ada yang ngatur dan gaji berapapun nggak akan pernah cukup buat menuhin life style. Jadi, saya berusaha cukup dengan apa yang saya dapat. Toh makan dan tinggal masih sama mama ini. 

Saya juga dikasih waktu sampai 1 tahun setelah wisuda untuk mencoba apapun yang ingin saya coba. Jadi, semua ini akan ada titik terangnya minimal bulan Mei 2016. Hahahaha. 

Setiap pagi saya berusaha tertib dengan to do list saya, melakukan A-Z, dari menulis, membuat perancanaan untuk bisnis, handle some blogs, ke ATM, ke toko kain, terus seperti itu. And i think i dont need holiday, because im so enjooooying to do that. Tapi tetep, kadang perasaan so exhausted dan pengen nangis sering datang. Tapi saya tidak memikirkan berlibur sebagai jalan keluarnya. Saya lebih memilih yoga, tidur seharian, liat youtube, baca buku, do nothing, atau call a frieend. Oh my God, let me tell you. Working from home is soo bored. Sepi meen. Nggak ada seseorang buat diajak bercanda except my mom. Itupun setelah ia pulang kerja di sore-malam hari. That's why saya punya ide buat dua project di blog ini. Yang pertama serial "working from home" dan "you need to call your friends". Semoga bisa terealisasi ya!

Lagi suka banget ngeliat video blognya Mimi Ikonn, Oh Mimi, how positive you are! I adore you and your husband too. Lagi sibuk maintenance blog cerita dari mama, dan berkembang bersamanya. Bener juga ya kalo ada yang bilang, just do it, gimana-gimananya akan jadi semakin jelas setelah kamu benar-benar menggelutinya. Wrapparcel is semi-off. Whaay? Because im still preparing for peak session in november-february. Caant waait! Lagi suka baca ulang buku-bukunya Wimar Witoelar, daaan lagi suka banget sama handlettering, check my Instagram for any updates.

Btw, im really enjoying writing this post. Ngalir gitu aja. Sebenernya masih ada tanggungan mau nulis acara reuni kemarin. Tapi gatau kenapa susah sekali. Mungkin lain waktu.

Keep being youu peoplee! 

Thursday, September 24, 2015

REUNITED!

Happy Idul Adha everyoneee. Selamat berbagi ke sesama :)

Besok pagi-pagi, harus ke Surabaya, terus ke Solo bareng-bareng sama anak-anak buat reuni angkatan assalaam hari Sabtunya. Too much excited. Ketemu saudara-saudara lama, ketemu guru-guru yang dirindukan sejak lama, dan pulang ke rumah bareng teman-teman seangkatan pertama kali sejak terakhir lulus 5 tahun yang lalu. Rumah? Yes, you know what i mean. Assalaam itu rumah buat saya sejak 2004 waktu pertama kali tinggal di sana. Dan sampai sekarang, tiap ke sana, entah buat jenguk adik, atau sekedar main melepas rindu, saya selalu merasakan sensasi yang sama, hangat dan damai, layaknya orang pulang ke rumahnya. Semoga besok lusa rasanya masih sama, bahkan jauh lebih nyaman dengan teman-teman seangkatan ya. Aaamiin.

Too much excited will kill you softly, Han. Iya, saya sadar akan hal itu. Tapi gimana ya cara ngontrol perasaan yang menggebu-gebu ini? Lebay? Nggak apa, sudah biasa hehe. Just write down all my feelings after eat meat-meat-and meat again all the day. 

Apa yang benar-benar saya rindukan dari Assalaam? Pertama, tentu saja, semua teman-teman dekat saya yang sudah seperti keluarga. Kedua, ustadz-ustadzah yang sudah seperti orang tua. Ketiga, masjid assalaam dan segala keteduhannya. Keempat, makanan resto dan kantin, terutama tempe bacem tipis yang bumbunya sering sampai netes-netes yang cuma ada di kantin, bukan koper, em koperasi i mean, hehe. Kelima, Sabikaaa. Of coursee. Masih banyak sih, tapi takut melow kalo semuanya ditulis sekarang hehehe. Sedihnya, cuma bisa seharian di sana. Padahal dari hati yang terdalam, pengen banget sampe 3-4 hari lah minimal, hahaha. Tapi apalah daya. 

Sedikit bahas reuni nih. Ada banyak orang yang melihat reuni sebagai ajang pamer pencapaian diri, ajang pembuktian sudah sejauh apa kita lari mengejar masa depan. Yah nggak bisa dipungkiri sih, saya juga ngerasa mules dan deg-degan kalo nanti saya ternyata paling nggak kece, paling nggak banget soalnya nggak punya pekerjaan mentereng, dan rasanya saya nggak punya apa-apa buat dibanggakan, buat diceritakan panjang lebar. Tapi, jauh di dalam hati, sebenarnya yang saya butuhkan dengan reuni dan ketemu temen-temen SMP-SMA ini adalah to make me realize, kalo ternyata bukan cuma saya yang lagi berproses, bukan cuma saya yang masih meraba-raba masa depan, melihat teman-teman berubah jadi lebih dewasa, jadi lebih tertata, jadi lebih cantik, itu perasaan yang bikin lega. Kalo ternyata kita semua memang sedang berubah, sedang berproses, ntah itu ke arah yang lebih buruk, atau lebih baik. Dan semoga reuni ini bisa mengingatkan saya dan teman-teman untuk terus saling mendukung agar perubahan itu berjalan ke arah yang lebih baik. Bukan sebaliknya.

Aaaaargh, i miss Assalaam. 


Sunday, September 20, 2015

READY FOR MONDAY

this lovely image from here
Life update. Hari-hari ini mood lagi naik turun banget, hehe. Saya merasa sangat picik dan kerdil, ukuran kebahagian berasal dari likes, share dan comment di akun LINE @ yang baru saya launch 2 minggu yang lalu. Sooo exhausted. Menghasilkan 5 post tanpa copas, dan harus mengintisari percakapan sehari-hari bareng Mama. Dikiranya diawal pas mau mulai, ah simpel. Gampang mah post sehari 5x ini. Ternyataaaa...fiuh.

Jadi gampang banget capek, dan nggak bisa fokus lama-lama. Bahkan waktu ibadahpun pikiran kemana-mana, cari ide ini itu, susah sekali buat diajak fokus. Maafkan hamba-Mu ini ya Allah. 
Wrapparcel pun berjalan agak tertatih-tatih. Meskipun Alhamdulillaaah masih ada aja orderan yang dateng, Subhanallah. Produk baru juga mau launch bentar lagi. Semoga aja semuanya lancar. 

Sedihnya, im all alone. Mengurus dua orang bayi seorang diri. Dibantu Mama sih, tapi kadang Mama sudah kebeban sama urusan kerjaan sehari-hari. Nggak tega kalo minta tolong urun rembuk jalan keluar buat masalah-masalah yang lain. Sampai kadang ngerasa cacat sosial buat ngobrol sama orang in real life. Terlalu lama di depan laptop. Very not healthy. 

Kayanya kurang bersyukur deh. Dan terlalu pengen cepet-cepet menghasilkan. Padahal sesuatu yang instan nggak akan bertahan lama Han. Sudah sadar dan mengamini itu sih, tapi godaan yang instan-instan selalu mengganggu, hehe. Yah, doain aja semoga saya kuat ya. Semoga otak ini bisa terus diajak mikir dari pagi sampai malam. Semoga fisik ini juga kuat, nggak sakit-sakit. Karena dibanding nikmat apapun, sehat itu nggak ada duanya. 

Daan, dengan segala kebisingan yang terus berderu di dalam otak saya, Senin selalu datang menawarkan banyak harapan. Setiap saya merasa minggu ini berlalu dengan kurang maksimal, atau saya kecewa dengan diri saya sendiri, Senin selalu menunggu sebagai pembuktian kalau harapan itu akan terus dan terus ada. Karena ternyata, kita hidup ini sangat-sangat membutuhkan asupan berupa harapan yang datang silih berganti. 

Thursday, September 17, 2015

Maybe I Need....


Kira-kira dua mingguan ini saya keranjingan buka web airbnb.com. Buat apa? Buat cari tempat bermalam selama di Solo, dan iseng-iseng masukin beberapa tempat buat wishlist. Ya kali-kali aja gitu suatu saat nanti bakal sampai ke tempat itu. Fuih, a lot of wish list place dan diem ngelamun macem-macem, Han. 

Let me tell you, airbnb's web so simple and amazing. Sangat sederhana, nggak ribet, user friendly dan sedikit sangat touching. Cobain deh. Mungkin kamu-kamu yang nggak ada rencana traveling deket-deket ini seperti saya, bakal tergerak hati dan pikirannya buat traveling, go somewhere, yang jauh, yang nggak pernah terbayangkan. 

Di bagian header homenya, ada beberapa video, (mungkin puluhan) yang tayang secara bergantian tanpa loading seperti buka youtube. Setiap video cuma berdurasi kira-kira 8-12 detik. Video-video tersebut berisikan kegiatan user airbnb saat traveling. Mulai dari adegan cari rumah untuk menginap, foto di tempat-tempat wisata, bangun tidur di kamar rental dalam keadaan nyamaan, dan hangatnya sambutan dari host-host yang ada. Aduh nggak bisa digambarin dengan kata-kata deh. Langsung liat aja biar tambah pengen traveling, hehe. 

Daaan itu semua soft selling yang sangat berhasil menurut saya. Pasti banyak orang seperti saya yang akan tergerak buat bepergian, dan merasakan sensasi menginap di tempat-tempat rent yang ditawarkan di sana. Thankyou airbnb yang sudah membangkitkan keinginan-keinginan melancong lebih jauh lagi. Nggak tau bisa terealisasi kapan, but im happy sudah punya sekian wish list yang menunggu untuk disinggahi. Maybe, I need traveling. Asap.  

Wednesday, September 9, 2015

DON'T SWEAT THE SMALL STUFF

image from here
Kemarin pagi, saya niatkan buat kirim pesanan yang sudah saya janjikan buat dikirim hari itu. Tapi waktu mau finishing, saya baru sadar kalo kain yang saya pakai kali ini jauh berbeda dengan kain-kain sebelumnya. Tampilan flower emojinya jadi sedikit berbeda. Padahal saya uda beli 'kain yang beda' itu dalam jumlah yang cukup banyak. Di moment-moment seperti itu, rasanya mental, emosi, tenaga dan pikiran saya sedang diuji. Pengen nangis. Akhirnya saya berusaha cooling down dengan tiduran sebentar daripada air mata mengalir. Lebay ya? Hmm coba rasain sendiri sensasinya. Keburu pesenan harus dikirim, ternyata kainnya salah, dan uda nggak ada budget buat beli kain lagi.

Sedihnya, di saat-saat kaya gitu, meskipun saya tau ini benar-benar kesalahan saya, tapi tetap ada keinginan buat nyalahin orang lain. Buat nggak ngakuin kalo cuma saya yang seharusnya bertanggung jawab. Waktu beli kain kemarin saya kan ditemani Mama, sebelum deal beli saya sempat tanya Mama, "Ma, bener yang ini kan?" trus Mama jawab "Emm, iya kayanya Han, alurnya, tebelnya sama kok". Akhirnya sambil tiduran saya SMS Mama, "Ma, kain kemarin ternyata salah Ma. Nggak bisa dipake. Padahal mau aku kirim bentar lagi." Setelah SMS terkirim, saya baru mikir banyak. Tujuan saya SMS ini apa? Biar Mama ngerasa bersalah juga? Biar rasa bersalah ini bukan cuma aku yang nanggung? Biar Mama bilang, "Maaf ya Han, seharusnya Mama tau kalo kain itu nggak sama", Atau apa?

Saya berusaha menyugesti diri saya sendiri. Han, ini cuma hal kecil. Kamu bisa aja nangis sekarang, atau kamu bangun pergi ke toko kain lagi, dan buat dari awal lagi. Masalah selesai. Kalo kamu cuma tiduran, berusaha nyalahin orang lain, masalahnya nggak akan selesai. Duit, modal, budget, apapun itu bisa dicari. Kamu uda komitmen dari awal buat bisnis, berarti untung, rugi, gagal, sukses, pun juga bakal setia datang silih berganti. Jangan ributin hal-hal kecil kaya gini. Jangan besar-besarin hal-hal yang kamu uda tau solusinya harus kaya gimana.

Thanks God, one lesson learned.


Friday, September 4, 2015

JOHN GREEN'S TED TALK AND CERITA DARI MAMA'S BLOG


Pagi ini, saya memutuskan untuk melihat video TED yang sudah saya tandai dengan"watch later" semalam. Judulnya "The Nerd's Guide to Learning Everything Online" yang dibawakan dengan sangat perfecto oleh penulis yang sedang naik daun, John Green. John Green, kaya pernah denger ya? Iya, John Green penulis serangkaian novel best seller mulai dari The Fault in Our Star, Looking for Alaska, sampai Paper Towns dan ada beberapa lagi novelnya, tapi saya lupa. 

Dalam speechnya kali ini, dia bercerita tentang analogi peta New York, masa-masa SMP-SMAnya, dan bagaimana dia bersyukur ada di dalam komunitas yang sangat mencintai belajar. Mereka saling mendukung tiap individu untuk terus berproses, mengerti konsep-konsep dasar, dan semua itu rata-rata mereka dapatkan dari luar kelas. Bukan melalui belajar di kelas yang menurut John Green terlalu kaku dan sangat konvensional. Dan dengan era mega internet sekarang ini, kita bisa belajar apa saja, kapan saja, dan dari mana saja. Tidak peduli kamu seorang profesor, murid sekolah dasar, atau mahasiswa yang sedang skripsian. Semuanya bisa saling belajar melalui postingan Tumblr, atau video Youtube yang maha dahsyat itu. And it so beautiful, when stranger ask something on comment about video, and someone who is stranger too answer that question. Kemauan belajar yang muncul dari hati karena kamu memang benar-benar ingin dan merasa butuh untuk mempelajarinya 1000x lebih indah daripada belajar karena tanggungan tugas, perintah guru, atau perintah atasan.  

Dan tiba-tiba saya menemukan alasan yang selama ini saya cari. Alasan kenapa saya dan Mama begitu bersemangat dan merasa ada kewajiban untuk segera memulai aksi nyata sebagai bentuk peduli kami. Mama dan saya sangat mengamini apa yang John Green sampaikan dalam speechnya, bahwa belajar itu bisa dari mana saja, tidak harus dari guru di kelas saat KBM, belajar bisa dari mana saja, dan cuma butuh dua hal, yaitu KEMAUAN DAN RASA KETERTARIKAN YANG BESAR. Mirip dan setipe waktu kita lagi jatuh cinta dengan seseorang, dan berusaha kepo apapun tentang orang itu. 

Kita melihat bahwa internet sangat-sangat bisa diandalkan untuk itu. Semua informasi bisa diakses disini. Siapapun bisa belajar apapun, kapanpun, dimanapun. Nah ini yang mulai jadi masalah dan menimbulkan kerisauan. Informasi yang beredar di internet ini lebih banyak positif atau negatifnya? Konten dalam bahasa Indonesia, atau web asli Indonesianya lebih banyak yang ke arah positif atau sebaliknya?



That's why we started this blog called, "CERITA DARI MAMA". Kami ingin sharing, belajar, dan ikut andil mewarnai informasi di internet dengan konten yang positif. Kami ingin memfasilitasi anak-anak yang mungkin mulai ada kemauan dan ketertarikan untuk belajar dengan informasi yang positif dan bermutu.

Jadi, kami memulai blog di wordpress (im sorry blogspot), dan akun official di LINE @. Oh? LINE @? Why? Iya, kita membuat akun di LINE @ karena kita melihat bahwa aplikasi ini bisa diakses dan bisa dishare dengan sangat mudah. Kita butuh platform yang sangat dekat dengan pembaca, yang tidak membutuhkan effort lebih untuk mengaksesnya. Dan semua solusi itu untuk sekarang ini kita lihat ada di LINE @. Selain itu, melihat potensi LINE @ yang cukup besar, tapi post-post yang berseliweran di sana lebih sering berisi quotes galau, masalah jodoh, dan prediksi golongan darah, sayang sekali kan? Halooo, mau jadi apa ya anak muda negara ini kalau cuma galau-jomblo-dan-jodoh, jadi bahasan yang terus menerus dibicarakan? Kita butuh postingan yang lebih bermutu dan bisa jadi bahan diskusi yang lebih cerdas. 

Doakan saya dan Mama bisa istiqomah ya. Kalau mau download, bisa search di add friend line : @dao2780o (pake @ ya). Atau scan QR Code di bawah ini dari LINE kamu ya! Thankyouu peoplee!



Sunday, August 30, 2015

FINALLY, JFC!

Saya lahir di kota Jember, hidup sampai kelas 6 SD di sini, merantau, merantau, lalu merantau lagi, kemudian sehabis kuliah bersandar di sini lagi. Kalo ditanya orang asal dari mana, dan bilangnya dari Jember, pasti akan keluar tanggapan begini kira-kira, "Oh, yang JFC itu ya... karnaval itu ya..bagus ya itu Mbak.." Saya bilangnya iya-iya aja tanpa bisa komentarin lebih karena saya memang belum pernah melihat acara itu secara langsung. 

JFC (Jember Fashion Carnival) tahun ini digelar lagi buat ke 14 kalinya. Dan sekuat tenaga saya keukuh pengen nonton. Sore tadi, setelah melawan macet dan lautan manusia, akhirnya saya bisa lihat langsung JFC dengan mata kepala saya sendiri.

Setelah melihat dan mengamati langsung, saya punya beberapa pendapat tentang acara puncak atau grand karnavalnya, karena karnaval di hari-hari sebelumnya saya nggak bisa lihat. Em, pertama. Saya salut. Sekarang saya tau kenapa acara ini dihadiri berjuta-juta orang dari penjuru negeri, bahkan luar negeri. Karena kostumnya memang nggak sembarangan. Dibuat sangat mendetail, dan benar-benar diperhatikan dari segala sisi. Dari sisi depan, belakang, atas, bawah, semuanya dipikirkan secara rapi. Berbeda dengan karnaval-karnaval serupa di kota-kota lain, yang hanya terkesan ala kadarnya, atau kurang totalitas seperti JFC ini. Kedua, karnaval ini dikemas dengan tema dan dibuat grup-grup kecil yang biasa disebut defile. Peserta karnaval berjalan sesuai defile masing-masing, serangkaian defile terdiri dari 10-20 peserta. Sehingga penonton melihatnya sebagai satu kufu dan perhatian tidak terpencar dengan melihat kostum dari defile lain yang memang sangat jauh berbeda. 

Tapi ada beberapa hal yang sangat saya sayangkan. Pertama, masyarakat Jember masih belum siap jika event ini dikatakan internasional. Mengapa? Dari event pamerannya sangat-sangat mengecewakan dan tidak pantas disebut berskala internasional. Ada banyaak sekali aspek yang terkesan masih mentah dan ala kadarnya. Pokoknya asal booth terisi. Sayang sekali. Padahal hanya 1 minggu ini Jember disorot dunia, tapi belum bisa maksimal memanfaatkannya. Kedua, sikap masyarakatnya sendiri. Masih sangat arogan dan kurang bersahabat. Saya melihat berdesak-desakan dan pindah tempat beberapa kali. Di setiap tempat itu saya selalu mendengar celotehan-celotehan tidak enak ditelinga dan seharusnya tidak diucapkan. Yah, saya tidak memungkiri, keadaan sangat panas dan berdesak-desakan, tapi seharusnya sebagai tuan rumah, etika dan bicara harus tetap dijaga. Selain itu, SAMPAH. Setelah JFC selesai, saya keluar rumah sekitar jam 7 malam, dan pemandangan sepanjang jalan adalah sampah yang berserakan di hampir semua protokol jalan raya yang dilewati karnaval. Seharusnya penyelenggara dan pemerintah bisa lebih serius memikirkan ini, kalo JFC dianggap sumber pendapatan daerah dan akan terus dilaksanakan di tahun-tahun mendatang. Entah bagaimana caranya, tapi SAMPAH seharusnya bisa terkendali karena ini mencerminkan siapa masyarakat Jember sebenarnya. Ketiga, anggaran yang harus dikeluarkan peserta sungguh sangat besar. Seharusnya dengan hasil penjualan tiket yang sampai 600 ribu per kursi bisa dialokasikan untuk subsidi tiap-tiap sekolah, dan mendanai kostum yang memang tidak murah itu. Kasihan dong, kalo sudah suruh jalan dengan bawaan seberat itu, eh masih disuruh bayar buat keperluan kostum, dan nggak jarang juga ikutan bikin kostum. Saya tau hal ini dari adik-adik sepupu saya yang pernah berpengalaman menjalani JFC waktu SMA. 

Yah, memang nggak ada acara yang luput dari kesalahan-kesalahan, apalagi event sebesar ini. Saya cuma berharap event ini bisa lebih dipikirkan secara matang dan lebih rapi lagi. Sebagai anak asli daerah, nggak papa dong saya sedikit memberi kritik hehe. Anyway, enjoy these photos yaa!


Wednesday, August 26, 2015

DO IT NOW

Beberapa hari yang lalu saya uda bikin list beberes studio kecil di balik kamar saya. Maklum, uda berantakan banget. Barang-barang keluar semua buat keperluan shoot video yang bentar lagi saya submit (Ih deg-degan euw, hehe). Dari hari Senin kemarin, saya cuma menatap list to do list buat beberes itu. Berharap akan datang mood yang tiba-tiba membuat saya ekstra bersemangat buat memilah, menata ulang, membersihkan karpet, kemudian menyapu lalu menyalakan lilin aromaterapi dan write down all my feelings. 

Tapi itu semua cuma rencana. Hari Senin berlalu, studio saya tetap seperti kapal pecah. Selasa datang, mood yang ditunggu tetep nggak mau datang. Selasa sore saya sempet browsing how to tidy up your room hahaha. But nothing, nggak ada impact apa-apa ke diri saya. Rabu tadi saya bangun dan merasa kalo mood itu belum juga datang. Serentetan proses menunggu mood buat beberes ini membuat saya down dan nggak bersemangat buat ngerjain yang lain-lainnya. Dari bangun pagi sampe menjelang jam 10 saya habiskan hanya duduk di depan laptop dan berpikir banyak. Sampai kapan saya mau dikendalikan mood seperti ini? Alasannya menunggu mood. Moodnya belum dateng-dateng. Sampai kapan mau bener-bener profesional? Kerjaan beres? Dan tidur bisa nyenyak karena nggak ada tanggungan beban? Kemudian saya berdiri dan mulai mengambil beberapa majalah di lantai. Satu-dua, saya tumpuk di tempatnya. And it happen. Saya sedang beberes studio. 40 menit setelah itu, studio saya kembali rapih dan bersih. 

Ternyata masalah beberes ini hampir mirip dengan olahraga. Biar nggak malas, jangan pernah nunda. Just do it NOW. Bangun pagi langsung ambil kaos kaki dan sepatu, keluar rumah, lari. Kalo ada yang berantakan, langsung aja ambil satu dua barang dan letakkan ditempat semula, dan selanjutnya akan tergerak sendiri untuk merapikan yang lainnya. Sekarang. Nggak nunda. Nggak nanti-nanti. Nggak nunggu mood. Hmm.

Thursday, August 20, 2015

THE FACT : YOU CAN'T START ONLINE SHOP WITH ZERO BUDGET

Pahit memang. Tapi itulah kenyataan yang harus diyakini dalam-dalam sebelum terjun ke bisnis online shop. Banyak seminar-seminar yang menjual judul "memulai bisnis online tanpa modal apapun, hanya perlu kamera hape dan sambungan internet, penghasilan sampai berjuta-juta tiap bulannya!". Aaah, they are the liar! 

Coba dipikir, apa iya di jaman lili kamera kaya sekarang, masih ada orang yang foto barang jualan pake kamera hape ala kadarnya? Hape alakadarnya tidak termasuk iphone 5 dan keluarganya ya, hehe. Kayanya sulit banget buat dilirik kalo tampilannya aja nggak menarik. Em, nggak butuh foto kok, kan cuma reseller, foto disediain sama suplier. Oke. Tapi buat tampil beda sama 1000 akun lain yang menjual barang serupa, reseller pun kadang butuh buat punya stock foto sendiri. Oke, noted ya. Barang harus difoto semenarik mungkin. Butuh jasa fotografer, atau punya kamera yang paling nggak kualitasnya lebih bagus dari kamera hape. Dan itu pake uang. 

Saya pernah ikut seminar yang bilang kalo kita nggak perlu uang sepersenpun buat dapat sambungan internet. Cukup nongkrong di perpus kampus, dapat jaringan wi-fi yang memadai. Hmm. Kalo ngomong emang gampang ya. Dalam bisnis online si penjual harus ready paling nggak dari pagi sampai menjelang malam. Dan nggak mungkin waktumu dihabiskan dengan terus-terusan mengandalkan wi-fi kampus. Kamu perlu wi-fi di rumah, di kosan, dan paketan internet di hapemu. Dan itu butuh uang. 

Belum lagi biaya buat keperluan marketing. Endorse kanan kiri, paid promote di akun-akun famous, kerjasama bareng artis A, sama selebgram B, dan lainnya. Ah cuma biaya gitu doang, nggak semahal harus iklan di TV atau baliho jalan. Ya iya lah. Jangan dibandingin sama itu. Tapi jangan meremehkan harga endorse dan paid-paid promote itu ya. Coba tanya, coba cari tahu, kemudian lemes karena semakin mahal harganya. Dan itu perlu uang. Banyak, Nggak sedikit.

Kalo nggak jadi reseller tapi produksi sendiri gimana? Waah, itu lebih heboh lagi butuh uangnya. Beli bahan baku, bayar pekerja, bayar keperluan produksi lainnya. Need more money. Modal sekedarnya nggak bakal bisa jalan cepat.

Jadi, apa yang gratis dong? Apa kelebihan online shop daripada offline shop? Dari hasil berbincang panjang lebar sama Sami tadi malam, kita sepakat kalo biaya yang bisa dipangkas dengan memilih berbisnis online hanya biaya untuk sewa dan menyiapakan tempat atau toko. Udah itu aja. Selebihnya, sama aja kaya bisnis offline. Tantangannya bahkan lebih berat, karena teknologi berkembang sangat cepat, dari akun di aplikasi A, expansi ke aplikasi B, trus ke aplikasi C, dan seterusnya. Butuh niat yang sangat bulat, dan semangat mau belajar yang tidak ada habisnya. Hm, sebenarnya ini curhatan pribadi, dan tulisan yang dibuat untuk menyemangati diri saya sendiri. Semangat Han!


Tuesday, August 11, 2015

ADULT NEED COLORING TOO

first trial saya
Ngerasa bosen nggak sama mainan di hape kalian? Saya bosen banget nih. Motifnya gitu-gitu aja. Sekali ada yang seru banget, eh nggak gratis hehe. Jadi males pegang hape lama-lama kalo emang nggak lagi urgent banget. Eh terus tadi malem nemu aplikasi ini. And i just love it. Colorfy namanya. Coba search di app store. Kalo android, saya kurang tau ada atau nggak nya. Tapi seharusnya sih ada, hehe.

Btw, lebih enak banget kayanya kalo buka aplikasi ini lewat ipad dan uda beli semua palet warnanya. Aduh surga tuuh. Kuat berjam-jam cobain warna ini-itu.

Bahas kegiatan coloring atau mewarnai emang identik sama anak kecil ya. Tapi saya sering lo iseng-iseng beli buku mewarnai yang bagus-bagus. Rasanya seneng gitu kalo semua nya berhasil terwarnai dengan sempurna. Waktu TK-SD dulu hampir tiap hari minggu ikut lomba gambar atau mewarnai. Tapi seringnya mewarnai buat TK, menggambar buat SD ya. Padahal kadang saya cuma menikmati saat-saat mewarnai itu, apalagi mewarnai gambar buatan orang lain, hahaha. Sering minder sama hasil gambar sendiri. Mungkin bawaan perfeksionis saya sudah ada sejak dini. Terus saya mengasingkan diri dari kegiatan menggambar-mewarnai langsung di atas kertas atau kavas, semenjak SMP-SMA sampai kuliah. Saya tetap mencintai seni, dan masih sering gambar, tapi versi digital, di corel draw aja. Habis lulus kuliah, kaya sekarang ini, perasaan kangen itu muncul lagi. Mulai coret-coret lagi, coba-coba kuas lagi, seneng banget rasanya.

Ada banyak sih aplikasi mewarnai di app store, tapi biasanya berbayar dan buat anak kecil. Gambarnya pun karakter-karakter disney dan kartun yang lagi hits di masanya. Colorfy ini gambarnya lebih ke pattern kecil-kecil yang seru banget menurut saya. Jadi waktu iseng-iseng nggak ada kerjaan, atau lagi di jalan tercebak macet, nggak mati gaya. Nggak cuma sibuk selfie aja. 

Btw, ide aplikasi ini simpel banget ya, tapi foundernya bisa banget baca peluang kalo belum banyak aplikasi coloring buat usia dewasa. Emang kunci bisnis aplikasi itu pinter baca peluang, dan momentumnya pas kayanya. 

Thursday, August 6, 2015

RE PLANNING

image from here
There was a day when you can't to do anything as you wish. Ada banyak banget alasan yang tiba-tiba menghadang, kemudian berhasil menghalangi langkah kita. Tiba-tiba harus replanning dari awal. Bener-bener dari awal. Sampe kadang rasanya mau nangis.

Itu semua akan jadi indah selama kamu tetap percaya sama dirimu sendiri. Percaya kalo ini bukan angan-angan yang mustahil, dan kamu lagi berlari menuju "a best version of you in several next years".

Dan kamu sadar kalo kamu memang harus banyak belajar di masa-masa ini. Dengar apapun, lihat apapun, belajar cari peluang dari manapun.

Kadang kamu capek banget rasanya, kaya kamu nggak tau apa-apa. Kaya semua yang kamu yakinin selama ini bakal bisa jadi "modal" buat kamu memulai bisnis ini, tiba-tiba kaya nggak ada apa-apanya.

Tuhan selalu ngasih ujian buat naik level. Yang kasian itu orang yang masih stay di tempat, nggak naik level karana terlalu takut sama bentuk ujian-Nya.

Ditulis sambil dengerin soundcloud : Ost. Her - Some Other Place. 

Monday, August 3, 2015

FAMILY 'S MEANING





Saya merantau sejak dini. Hahaha. Nggak sih, selepas SD. Mama dan Baba manteb banget milih Assalaam jadi tampat merantau saya yang pertama. Akhirnya saya hidup 6 tahun di sana. Sampe lulus SMA. Selepas SMA, Malang jadi tempat perantauan kedua. Hampir 4,5 tahun berjuang hidup di sana. Dan sekarang, selepas kuliah, saya kembali lagi ke rumah. Hanya berdua dengan Mama dan pembantu, Baba lebih sering ada acara di luar kota, jadi jarang sekali bisa kumpul di rumah.

Nah ini masalah terbesar saya hari-hari ini. Kemarin subuh, 2 adik saya pulang ke tempat rantauan masing-masing. Bika (yang paling kecil), balik ke Assalaam. Sedangkan yang cowok, Sami, balik ke Jogja (dia kuliah di sana). Sebelumnya, 3 bulan yang lalu, saya merasa sangat bahagia karena Bika libur panjaaang. Extra panjang sampe 3 bulan. Ya maklum sih, habis lulus SMP. Trus Sami menyusul pulang pertengahan Ramadhan sebulan yang lalu. Saya nggak kesepian lagi. Mama apalagi. Sarapan berempat, makan malem berempat. Yah setidaknya waktu saya bangun tidur pagi, jam 8 an, ada adek-adek saya yang khusyu liat TV atau main game. Sekarang? Saya bangun pagi sendirian di rumah. Mama kerja dan pembantu pulang kampung. Kerasa banget bedanya.

Dari kemarin saya sering banget nggak sengaja bilang, "Ma.. kangen Bika ya.. Ma.. kangen Sami ya.." tapi Mama diam aja nggak berkomentar apa-apa. Saya jadi inget tiap Mama nasehatin orang yang cerita nggak tega mau ngepondokin anaknya selepas SD. Mama bilang gini, "Yah, kuncinya yang kuat sih orang tuanya. Jangan dibatin terus-terusan, anaknya di sana pasti kerasa. Doain aja, bismillah, niatannya harus bulet dulu. Nanti anaknya pasti ngerasa tenang juga.." 

Jadi mikir banyak gimana caranya Mama melewati hari-hari tanpa kita bertiga. Apalagi waktu saya masih di Malang. Mama sendirian, sama pembantu, hampir 3 tahun. Saya sesekali pulang sebulan sekali atau dua minggu sekali. Memang Mama kerja di TK dan pulang hampir selalu jam 3 sore. Mungkin perasaan sepi itu tergantikan dengan teriakan anak-anak kecil di tempatnya bekerja. Dan Mama diberi keuntungan yang sangat besar oleh Allah, karena Mama pasti akan tidur sebelum jam 8 malam. Coba kalo Mama kuat begadang dan tipe yang sering nggak bisa tidur, Ya Allaah, pasti kerasa banget sepinya. 

Kadang saya juga mikir, kenapa ya saya udah harus jauh dari keluarga mulai dari SMP. Saya jadi nggak bisa melihat adik-adik saya tumbuh, melewatkan beribu-ribu hari tanpa mereka, saya takut merasa asing di lingkungan keluarga inti saya sendiri. Tapi Mama memutuskan untuk menerapkan hal yang sama untuk dua adik saya. Akhirnya kita terbiasa jauh dari rumah, tapi hati kita selalu ada di rumah itu. Rumah bukan sebuah bangunan fisik yang saya tinggali sejak kecil, karena kita keluarga yang sering banget pindah rumah, dan hijrah ke kota lain. Rumah yang saya maksud di sini adalah tempat di mana keluarga saya berada. Kita terbiasa untuk lebih menghargai waktu-waktu singkat yang sudah disiapkan Allah buat bisa berkumpul lengkap. Dan itu semua nggak akan bisa kita rasakan kalo sebelumnnya kita nggak terbiasa jauh. Terimakasih ya Allah buat limpahan rahmat Mu pada keluarga kecilku. Bersyukur tiada henti. 

Tuesday, July 28, 2015

TIGA ALTERNATIF KEGIATAN UNTUK MASA ORIENTASI YANG (SEHARUSNYA) MEMBAHAGIAKAN


Pakai atribut yang aneh-aneh, berangkat ke sekolah sebelum jam 6 pagi, tidur larut malam, tugas macam-macam. Mungkin itu ritme yang sudah kita anggap biasa apabila ada yang mengeluh ribetnya MOS, atau OSPEK. Saya pribadi merasakan OSPEK yang cukup ribet dan menyiksa saat masuk kuliah kemarin. Waktu masuk SMP maupun SMA, saya tidak terlalu merasa terbeban dengan kegiatan MOSnya yang semua ditangani oleh guru, tanpa ada bantuan murid sedikitpun, hehe. Lebih ke ngantuk sih, karena lebih banyak kegiatan mendengarkan. Mulai mendengarkan seminar motivasi, ceramah, sampai sejarah sekolah saya. 

Kegiatan-kegiatan peloncoan saat MOS sebenarnya manfaatnya minim sekali. Kakak panitia berteriak tiada henti, membesarkan kesalahan kecil bahkan mencari-cari kesalahan. Kalau ditanya sebenarnya siapa yang paling merasakan manfaat dari kegiatan MOS ini, jawabannya ya kakak-kakak panitia yang berusaha sekuat tenaga untuk mendapat perhatian adik kelas, demi keeksistensian diri. Wajar sih ya, umur-umur remaja dan dewasa awal memang itu salah satu tugas perkembangannya.

Tapi, jaman sudah berubah sedemikian pesatnya. Cara berkenalan dengan teman-teman satu sekolah tidak hanya terbatas saat bertemu langsung. Ada banyak sekali pilihan sosial media yang bisa dipilih. Bahkan seangkatan biasanya langsung aktif membuat group di LINE atau Facebook untuk menyebarkan informasi secara rata. Jaman sudah benar-benar berubah. Berkenalan bisa sambil tiduran di rumah. Sedangkan MOS tetap dengan pola dan bentuk kegiatan itu-itu saja. Katanya sih tujuannya untuk saling mengakrabkan teman satu angkatan, mengenal lingkungan sekolah lebih dalam, mengenalkan kehidupan baru di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Hmm, coba ditinjau lagi.

Kalau MOS hanya untuk duduk mendengarkan sejarah sekolah, mengenalkan siapa kepala sekolahnya, guru-gurunya, prestasi-prestasi yang sudah dicapai, peserta MOS akan memilih untuk mengakses semua informasi itu lewat web sekolah. Proses lebih mengenal bapak ibu guru akan berlangsung seiring dengan proses belajar-mengajar yang ada di sekolah tersebut. Mendengar seminar motivasi, atau ceramah masih bisa ditoleransi. Tapi coba benar-benar dievaluasi, apakah momentnya tepat? Apakah berefek nyata? Apa target dan tujuan tercapai?

Setiap ada kesempatan untuk jadi panitia OSPEK saat kuliah saya selalu enggan untuk daftar. Ada banyak sekali alasan. Selebihnya, saya hanya mengamati, melihat bagaimana panitia terbentuk, bagaimana rapatnya, bagaimana kegiatan-kegiatan disusun, dan tentu saja, bagaimana pelaksanaannya.

Dengan beberapa kali pengalaman sebagai koordinator sie acara, saya berusaha ikut urun memberi alternatif bentuk kegiatan MOS yang sekiranya lebih bermanfaat dari segala sisi dan lebih sesuai dengan perkembangan jaman. Oke, here we go!

1. Kegiatan Masak-Memasak

Dibuat lomba masak juga oke. Intinya peserta MOS dibagi beberapa kelompok besar di hari sebelumnya. Tema masakan bisa ditentukan bisa juga bebas dari tiap-tiap kelompok. Panitia menyiapkan peralatan pokok seperti meja untuk memasak dan kompor (bisa sewa dari tempat persewaan alat-alat untuk mendaki gunung). Peralatan lain seperti panci, piring, gelas, sendok dan bahan memasak menjadi tanggung jawab peserta. 

Kenapa harus memasak? Dalam proses memasak, ada banyak sekali yang harus disiapkan. Dengan anggota kelompok yang agak besar, pembagian tugas harus merata. Masing-masing peserta akan kebagian tugas. Mulai dari menyiapkan peralatan, cuci mencuci, proses masak mulai dari mengupas, menggoreng, menumis sampai penyajian. Ada banyak kemungkinan tiap peserta untuk saling interaksi dan mulai mengenal satu dengan lainnya. Tujuan MOS sebagai wadah untuk saling mengenal bisa sedikit banyak terbantu.

PS : Saya pernah mengonsep acara serupa untuk acara himpunan dalam rangka menyambut adik kelas. Acara ramah-tamah hari itu berjalan sangat seru, interaktif, dan berbagai pihak merasa puas, mulai dari dosen, panita, dan peserta. Senangnya!

2. Jurnal Pagi

Apa itu jurnal pagi? Em sebenernya saya dapat istilah ini dari Mama saya. Di TK nya Mama, saat anak baru datang, sekolah menyiapkan waktu 15-20 menit untuk jurnal pagi. Mereka bebas mau bercerita, corat-coret kertas, menggambar sesuatu, dan lain sebagainya. Apa sih manfaatnya? Dengan jurnal pagi, guru berusaha memahami apa yang terjadi di rumah masing-masing muridnya, bagaimana keadaan mereka pagi ini dan sebagai jembatan penghubung dan penetralisir mood anak dari rumah ke sekolah. Sehingga saat proses bermain dan kegiatan lainnya, setiap anak bisa mengikuti dengan baik dan lebih enjoy.

Nah peserta MOS memang bukan lagi anak kecil seperti anak TK. Tapi konsep jurnal pagi ini masih bisa kok diterapkan. Mengingat masa-masa MOS adalah masa-masa paling menegangkan, menakutkan, dan membuat perut sering mulas. Menghadapai lingkungan yang benar-benar baru, dengan teman baru, peraturan baru, dan semuanya itu serba abu-abu. Ada yang bilang, eh katanya kimia itu susah banget lo, atau hal-hal menggelikan seperti akan ada praktikum biologi membelah katak dan rumor-rumor lainnya. 

Selama tiga atau empat hari pelaksanaan MOS, panitia bisa mengumpulkan peserta di lapangan atau ruangan setiap pagi dan membagikan kertas yang sudah diberi stampel atau identitas sekolah. Beri peserta kebebasan untuk menulis apa yang mereka rasakan pagi itu. Apa sarapan mereka, bagaimana pesan orang tua mereka sebelum mereka berangkat, apa bedanya dengan berangkat sekolah di jenjang sebelumnya, dan yang paling penting, apa yang mereka takutkan memasuki jenjang sekolah ini. Mereka bisa menulis singkat, menulis dalam paragraf, menggambar, membuat doodle, menulis bait puisi, apapun! Setelah itu panitia bisa mengambil kertas-kertas tersebut dan ada bagian kepanitiaan khusus untuk membaca dan mereview jurnal pagi tersebut. Keesokan harinya, panitia bisa mengalokasikan waktu untuk membahas hasil jurnal pagi bersama peserta. Menjelaskan apa yang bisa dijelaskan, meluruskan apa yang bisa diluruskan. Memberi gambaran lebih dalam, menguatkan, dan berbagi pengalaman. Sehingga perasaan-perasaan takut dan cemas pada tiap peserta bisa sedikit berkurang. Mereka merasa lebih yakin lagi berada di lingkungan yang tepat. Di acara penghujung MOS, panitia bisa mengambalikan lagi kertas-kertas tersebut, dan minta perwakilan untuk berpendapat, apakah ketakutan dan kecemasan mereka berkurang.

3. Review Aplikasi dan Website

Mungkin rada aneh ya dengernya? But it actually needed. Jaman sekarang, ada istilah susah dikit, googling, masuk ke blog tak bertuan, atau wikipedia. Buku kamus, ensiklopedia, dan buku teori sudah jarang sekali dibuka. Anak jaman sekarang ingin semuanya serba instan dan cepat. So, admit it. Dan coba arahkan ke hal-hal yang lebih relevan dan bermanfaat buat mereka. 

Sebelumnya, coba cek web ini atau ini. Disitu ada list ratusan aplikasi atau halaman web gratis yang bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas dan proses belajar. Ada asana, trello, atau dropbox yang bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas kelompok. Ada evernote dan pocket untuk menyimpan notes atau halaman web penting secara terorganisir. Ada coursera, khan academy, dan codeacademy untuk belajar banyak hal baru dari guru dan dosen universitas unggulan. Oke, itu mungkin review dari web luar, jadi aplikasi dan webnya juga berasal dari luar dan in english. Coba cari aplikasi atau web indonesia yang juga bermanfaat mempermudah dan melancarkan proses belajar mereka. Bisa sumber jurnal dan e-book dari perpustakaan nasional, dan masih banyak lagi.

Apakah ini perlu? "Kami sekolah di daerah, masih ada yang buta teknologi". Jangan jadikan itu alasan peghambat dong, mungkin sekarang masih terlambat dan belum tau, tapi kedepannya mereka pasti akan bersinggunggan dengan teknologi kan? Panitia harus bisa mengemas kegiatan dengan menyenangkan dan dua arah. Minta guru komputer atau TIK untuk ikut menemani. 

Mungkin tiga hal itu saja yang bisa saya bagi malam ini. Sebenarnya ada beberapa ide lain, tapi belum terkonsep matang. Semoga MOS dan OSPEK di Indonesia bisa naik level ya.


Wednesday, July 15, 2015

I MISS HER

Short narrative. Malam ini, saya sendirian di rumah. Menyelesaikan target yang sudah saya niatkan sebelum bulan ramadhan datang. Hatam Al-Quran. Saya tertatih-tatih menyelesaikannya mengingat besok sudah hari terakhir puasa. Hampir sejam membaca, air mata saya tidak berhenti menetes. Mama dan Bika bermalam di rumah umik mangun. Sami main futsal terus pamit iktikaf. Televisi nyala siaran sepak bola biar suasana tidak terlalu senyap. Sepanjang malam ini sambil membaca, kenangan dengan nenek saya muncul bergantian. Saya bisa mengingat dengan jelas senyumnya, guratan tangannya, telapak kakinya saat menunggu dipasangkan kaos kaki, rambutnya, makanan kesukaannya, semua ekspresinya, saya benar-benar bisa mengingatnya dengan sangat-sangat jelas. Ya Allaaaah.

Sebelum menulis postingan ini, saya sebenarnya punya beberapa ide tulisan yang menunggu untuk diposting. Tapi biarlah. Biarlah saya menuangkan perasaan rindu saya dengan beliau lewat tulisan ini. 

Ini hari raya pertama tanpa beliau. Saya ingat semua rutinitas menjelang lebaran yang biasa beliau lakukan. Bahkan tadi waktu ke rumahnya, saya membuka kamar tidurnya. Semua kenangan itu datang menyerang. Ternyata begini ya perasaan kehilangan orang yang sangat-sangat kita sayangi. Saat mengingat-ngingat tentang beliau, yang saya rasakan tidak hanya perasaan sedih. Kadang saya tersenyum sendiri, kadang saya merasa beliau masih ada dan masih terus mengiringi semua orang yang ia tinggalkan. 

Bukan, saya bukan cucu pertama atau cucu kesayangan, atau cucu satu-satunya. Saya adalah salah satu dari 50 orang cucunya. Mungkin semua tante-om, ponakan dan sepupu saya sedang merasakan apa yang saya rasakan saat ini. Rindu, rindu yang sangat-sangat dalam. Nenek saya memberi banyak pengaruh dalam hidup saya. Kadang saya bisa bercerita dengannya layaknya seorang teman. Beliau bisa menghangatkan suasana, bisa menjadi magnet buat semua sanak keluarga untuk berkumpul. She is a queen of our heart.

Saya yakin beliau sudah berada di tempat paling indah di sisi-Nya. Selalu terucap doa untuk beliau dari kami orang-orang yang sangat sangat mencintainya. Tapi biarlah malam ini saya mengingatnya dalam bentuk tulisan ini, mengingat bahwa malam ini perasaan kangen dan rindu itu datang lebih hebat daripada malam-malam lainnya. Terimakasih Tuhan, sudah menghadirkan rasa kangen dan rindu ini, sehingga saya bisa tau arti kehilangan. Sehingga saya bisa membuktikan bahwa perasaan sayang yang begitu besar itu nyata adanya. I miss you, umik. I miss you. I miss you..
< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.