Sunday, May 31, 2015

MY TWELFTH #MORNING PAGES (AFTERNOON-NIGHT PAGES)

Minggu ya? Kenapa mood saya berantakan gini ya? Dari pagi. Sampe mau maghrib gini. Berantakan banget. I feel like i am a stupid person in the whole world. I feel like i am always wasting time and to do nothing. My dream was too high, i am just to small to all of that. I am so scared. I am planning junkie but seem like everything that had been planned always going crazy. I dont believe with my self. Am i too selfish with my own life? I need mood booster. But time run soooo fast. Look, June come tomorrow. And i am still confuse with my self. Like a fool. 

Saturday, May 30, 2015

MY ELEVENTH #MORNING PAGES (NIGHT PAGES)

Haloo. Apa kabar? Malem minggu ya? Hehe. Maaf ya, saya melanggar lagi. Lebih parah. Ini sudah jam 20.00 lebih. Bukan siang atau sore lagi. Saya habis hibernasi. Lamaa sekali. Tidur panjaang. Dari habis subuh sampe jam 2 sore. I feel better. Alhamdulillah. Mau sharing sedikit, mungkin setelah menulis ini saya tau apa yang sebenarnya saya rasakan hehe. Pernah nggak ngerasa lagi sakit-harus bedrest-nggak bisa leluasa ngapain, tapi ide melayang-layang, ngerasa ada banyak sekali yang harus dilakukan, tapi di satu sisi ada rasa takut kalo kecapean bakal sakit lagi, kalo kepengen ngelakuin ini itu nggak bakal maksimal, takut gagal.
Nggak tau sih. Mungkin saya cemas berlebihan. Atau bokek kelamaan. Selamat malam minggu! 

Friday, May 29, 2015

MY TENTH #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Hallo everyone. Hello from my tiny room. Hope you really enjoy this weekend. Me? Masih bedrest. Alhamdulillah. Tapi uda banyak banget perkembangan. Semalem saya nggak demam sampe barusan hehe. Bisa duduk. Solat duduk. Makan juga duduk. Rasanya bersyukuur banget. Allah nyiapin banyak cara mungkin buat hambanya yang kadang sering lupa bersyukur. Yeah, its me. Tadi pagi nggak tau kenapa TV di tengah rumah dibiarkan menyala salah satu stasiun lokal. Lagi tayang ftv islami yang ceritanya lebih sering sedih-sedih gitu. Karena saya di dalam kamar dan gabisa bangun untuk ganti channel, akhirnya saya pasrah. Sebelum mulai cerita biasanya ada Pak Ustadz yang memberi nasehat-nasehat dengan mengutip ayat Al Quran atau hadits. Saya nggak seberapa jelas, tapi Pak Ustadz bicara berkali-kali tentang sabar dan syukur. Mungkin dua kata itu yang saya butuhkan sekarang. 

Thursday, May 28, 2015

MY NINTH MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Hai. Hallo. Bonjoour! Ini kedua kalinya nulis lewat hape. Masih nggak boleh bangun. Duduk pun ga boleh lama-lama apalagi berdiri. Itu konsekuensi yang harus saya jalani kalo nggak mau panas berkelanjutan. Berusaha produktif sih sambil bedrest, kaya misalnya tetep nulis afternoon pages ini, baca The Accidental Creative, cari strategi-strategi baru buat wrapparcel, liat film streaming, baca ulang hampir semua novel Ika Natassa, liat instagram, liat ulang video-video Pardon My French nya Garance Dore. Dan itu belum ampuh 100% membunuh kebosanan. Sedih. Semoga ini nggak lama-lama ya Allah. Angkat penyakit ini segera. Ternyata tipes itu nggak bisa dianggap remeh lo. Kalo bakteri berkembang biak terlalu banyak bisa bahaya buat usus, liver, hati. Makanya harus bedrest, untuk mencegah bakterinya semakin gerak kemana-mana. Sumbernya pun nggak selalu dari makanan. Bisa jadi dari air atau sanitasi rumah. Sayuran dan buah-buahan seharusnya dicuci dengan air mengalir, atau dengan air matang (atau malah air kangen) dan lebih baik lagi kalo diberi tetesean cuka apel. Biar semua bakterinya mati. Bakteri, virus, kuman, nggak terlihat kasat mata, tapi kita sekuat tenaga harus keep it clean dan nggak sampai bersarang di tubuh kita. Oiya, mungkin juga karena sebelum makan saya masih sering kelupaan doa. Atau sekedar membaca bismillah. Maafkan hamba-Mu ini. Aamiin.

Wednesday, May 27, 2015

MY EIGHTH #PERSONAL PAGES

Haloo world. Selamat siang. Ini pertama kali saya nulis pake aplikasi blogger di iphone. And its oke. Nggak ada masalah. Sama enaknya kaya nulis di web nya langsung pake laptop. Tipes yang saya derita 2 minggu lalu positif muncul lagi. Semalem saya panas tinggi jam 01.00. Minum obat penurun demam dan baru turun dua jam setelah itu. Iya, saya mulai keringetan jam 03.00 dan nggak bisa tidur sampe 05.30. Bangun lagi jam 07.30 dan minum tersedak. Alhasil sampe sekarang saya belum bisa tidur lagi. Tadi jam 09.30 mulai panas lagi, dan jam 12.00 mulai keringetan. Ya Allaah saya benar-benar trauma dengan sakit panas yang berkepanjangan. Angkatlah penyakit tipes ini, hilangkan bakteri Salmonella di dalam tubuh ini. Saya pengen beraktifitas normal. Saya ingin mengejar mimpi-mimpi saya. Mudahkanlah ya Allah. Nanti malam ke dokter internist dan dapat nomer antrian untuk jam 09.00 malam. Semoga kuat. Semoga nggak separah yang kemarin. Semoga saya bisa benar-benar ikhlas dengan penyakit ini. Aamiin. 

Tuesday, May 26, 2015

MY SEVENTH #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Hai buddy. Apa kabar? Saya bangun pagi ini tidak dalam kondisi prima. Pusing dari semalam ternyata dampaknya panjang. Saya panas tinggi lagi. Dan saya ada sedikit trauma ketika badan saya mulai panas. Saya ketakutan panas ini tidak turun sampai 3 minggu kaya kemarin itu. Mama, semua orang, bilangnya saya tipes lagi, kambuh. Bakteri tipes memang katanya nggak bisa langsung hilang. Kalo nggak dijaga, bisa muncul lagi. Sedih, selama ini usaha saya ternyata kurang. Ya Allah aku pasrahkan semuanya Pada-Mu. Engkau yang memberi penyakit, dan engkau pula yang akan mengangkatnya. Bismillah, semoga kuat. Aaamiiin. 

Monday, May 25, 2015

MY SIXTH #MORNING PAGES

First, let me say sorry for yesterday, blog. Hari kemarin saya lewatkan tanpa menulis morning pages. Kemarin hari Minggu, dan ada banyak hal yang harus saya lakukan, mulai dari urusan dapur, luluran, mandi air hangat, creambath rumahan, nonton Jodha Akbar marathon, beli makanan untuk makan malam, dan konsentrasi melihat Demi Lovato (mulai cari pembelaan). Tapi saya akui, sebenarnya mungkin-mungkin saja meluangkan 15-20 menit untuk membuka laptop dan menulis ini. Waktu sore datang, saya sudah berniat menulis afternoon pages sebagai ganti dari morning pages. But i didn't. Saya sedih, ternyata saya belum bisa memegang erat komitmen yang saya sudah buat di awal, tapi demi keberlanjutan morning pages ini, saya belajar untuk memaafkan diri saya sendiri. Memaafkan diri sendiri atas keteledoran yang selalu saya buat, atas to do list yang rajin ditulis tapi susah untuk diwujudkan, atas kebiasaan menunda dan selalu menunda. Fuih, memaafkan diri sendiri lebih sulit dari pada memaafkan orang lain buat orang perfeksionis seperti saya. 

Hari Sabtu malam, saya melihat re-run Mata Najwa edisi Darah Muda. Ada Prof. Rhenald Kasali dan Walikota Bogor Bima Arya. Sayang, saya hanya kebagian nonton satu segmen terakhir sebelum Najwa membaca puisi. Karena penasaran dan merasa tertampar, saya memutuskan untuk langsung melihatnya di Youtube sambil meneruskan desain wrapparcel untuk edisi Idul Fitri yang belum selesai. Saya merasa tertampar berkali-kali. Saya merasa perlu menelaah lagi langkah-langkah yang saya ambil ini. Apa ini sudah benar? Apa sesuai dengan kata hati kecil saya? Apa saya terlalu egois dengan obsesi-obesesi dan mimpi-mimpi saya? Apa yang saya lakukan ini bermanfaat untuk orang banyak, atau hanya untuk saya sendiri? Apa sumbangsih saya untuk negeri ini? Lalu terbitlah galau. Galau berkepanjangan. Tapi pagi ini akan saya akhiri saja. Saya harus yakin dengan apa yang saya lakukan. Ada beberapa point dalam acara itu yang sampai sekarang terngiang-ngiang di kepala. Waktu Bima Arya bilang, ada 3 tipe pemuda Indonesia, pertama pemuda yang belum selesai dengan dirinya, kedua pemuda yang sudah selesai dengan dirinya, dan ketiga pemuda yang tidak tau dengan dirinya. Saya termasuk yang mana? Sampai sekarang pun saya belum yakin. 

Saya tahu dengan diri saya sendiri, saya yakin akan kemampuan saya, dan saya ingin bermanfaat untuk orang banyak. Berangkat dari situ, saya berusaha menganalisa keadaan saya sekarang, seperti ini. Sebenarnya setelah lulus dari sarjana psikologi saya memiliki beberapa option, langsung lanjut S2, di UI atau UGM, orang tua saya mendukung hal ini. Atau kerja. Kerja di beberapa tempat yang memang menjadi mimpi saya, seperti di majalah atau biro konsultan pendidikan. Opsi ketiga yang saya pilih dan saya jalani sekarang ini, diam di rumah dulu, membesarkan bisnis yang selalu saya pikirkan siang-malam, sambil mengupgrade diri saya ke arah yang lebih baik. Memperbaiki kemampuan bahasa Inggris aktif saya, menulis-menulis-dan menulis, mengembangkan wadah yang positif buat Mama, agar Mama bisa menyalurkan apa yang selama ini ia pelajari, observasi, dan hasil temuan-temuannya (rencananya lewat sebuah blog), membangun sebuah cafe di kota kecil ini agar Mama ada kegiatan sampingan dan bisa menjadi tempat buat saya menyebarkan ide-ide dan semangat kreatif untuk anak muda di kota ini. Apa iya sampai nanti saya akan terus bertahan hidup dengan bisnis wrapparcel? Jawabannya iya. Saya berharap wrapparcel ini bisa menjadi brand besar dengan gerakan-gerakan positif menyebar benih kebahagiaan. Saya akan bertahan hidup dengan bisnis ini. Tapi nggak menutup kemungkinan dari bisnis-bisnis lainya. 

Tapi apa sebenarnya yang menjadi mimpi saya? Mimpi saya melanjutkan ilmu ini sampai jadi psikolog dan punya ijin buka usaha. Saya berusaha menyangkal hal ini sekuat tenaga, ternyata passion terbesar saya ada di dunia pendidikan. Saya ingin membuka biro untuk membantu sekolah-sekolah, khususnya sekolah anak usia dini untuk berkembang, berubah, melakukan inovasi-inovasi. Saya yakin dengan golden age. Saya 1000% yakin itu adalah masa-masa terbaik untuk membangun otak dan kemampuan lainnya dari seorang individu. Tapi apa kenyataannya sekarang? TK-Playgroup atau PAUD, lebih banyak tepuk-tepuknya. Mereka terlalu susah untuk diajak berlari, berubah, dan lebih menyadari pentingnya untuk tidak menyia-nyiakan masa-masa golden age yang sedang dialami murid-muridnya. Saya tidak sendiri, saya punya Mama yang tiap hari bergulat dengan hal ini. Saya ingin membantu, saya ingin mengabdikan diri saya untuk hal itu, dan saya tidak ingin punya orientasi semata-mata karena uang. Saya harus punya sumber lainnya. Karena itu saya harus punya bisnis yang terus jalan. Dan apa yang saya lakukan sekarang adalah membangun kaki-kaki bisnis saya lebih kuat. Saya tidak menyia-nyiakan satu tahun ini. Saya bukan pengangguran. Saya sedang menyiapkan bangunan-bangunan untuk mimpi-mimpi saya. Saya bekerja untuk itu. 

Ajaib, perasaan saya mulai tenang, dan galau-galau semakin berkurang. Saya mulai mantap lagi. Sore kemarin saya membaca tulisan Prof. Rhenald Kasali di sebuat note dari akun LINE. Beliau bilang seperti ini, "Dialog diri ini akan menimbulkan self awareness (kesadaran diri) untuk membentuk karakter yang kuat." So, am i? Apakah tulisan saya sejak 6 hari yang lalu ini termasuk dialog diri? 



Saturday, May 23, 2015

MY FIFTH #MORNING PAGES

Haloooooo, woorld. Nggak kerasa ya sampai ke hari kelima. I did it! Fuih. Hari ini saya berhasil nggak tidur habis sholat Shubuh. Ada janji joging dari kemarin malem. Iya, saya joging beberapa putaran, dan nggak berkeringat. Sedih ya. Nulis kalimat-kalimat pertama tadi sepulang joging jam 07.00 pagi, tapi tiba-tiba saya harus menjawab telpon, sarapan dan aktivitas lainnya (seperti tidur-tiduran, liat FOX, dan lainnya). Pardon me. Hari ini i feel comfortable with my self karena saya berhasil nggak tidur habis Shubuh. Alhamdulillah. Tapi saya sedih karena nggak berhasil ngepost tulisan ini sebelum saya pergi joging (jalan santai lebih tepatnya). Mungkin kalau saya mengikuti aturan dan menulis ini pagi-pagi buta, kegembiraan saya karena berhasil nggak tidur lagi lebih terekspos, hehe. Btw, dari kemarin sore pikiran saya loncat-loncat. Sedih karena ada banyak sekali berita di luar akal sehat. Kaya beras dari plastik (meskipun belum yakin kalo itu senyawa plastik), susu dicampur deterjen, ibu-bapak yang berlaku seolah tak waras dan gila agar kebal hukum (ini belum yakin juga sih), ayah yang membunuh anak kandungnya sendiri, pembunuhan-pembunuhan nggak wajar karena masalah sepele dan iri dengki, bayi-bayi yang semakin banyak ditemukan di selokan dan dibuang begitu saja. Duh. Mau nggak mikirin gimana ya, tiap nyalain TV, baca twitter, baca portal berita, isinya berita kaya gitu semua. Pikiran kemana-mana deh. Berusaha menganalisa lah, berusaha pengen tau perkembangan kasusnya, dengerin pendapat ahli-ahli dibidangnya, dan sedihnya banyak banget psikolog yang tiba-tiba tenar dan merasa pendapatnya maha penting untuk mengomentari semua masalah-masalah yang timbul. Semalem akhirnya saya berusaha menenangkan diri sebelum tidur dengan mendengarkan lagi salah satu playlist dari akun soundcloud hurufkecil. Playlist itu berisi rekaman Aan Mansyur membacakan sajak-sajak miliknya sendiri yang dikeluarkan untuk sebuah radio lokal di Makassar. Oh i love all about Aan Mansyur. Cara dia memilih kata-kata, cara dia menceritakan masa lalunya, khayalannya, tulisan-tulisannya di Medium, bagaimana ia memperlakukan buku seolah kekasihnya, dan suaranya saat membacakan sajak-sajak miliknya. Favorit saya, adalah Lubang Untukmu, Doa Api yang Membakar Hutan, dan Sajak dengan Huruf Tak Cukup. Rasanya damai-damai gimana gitu. Sambil di setting seolah-olah kita sedang berada di tepi pantai yang penuh orang, tapi kita sibuk tidur-tiduran dan mendengar lewat earphone, seperti di film Her. Sebenarnya saya punya beberapa cara ampuh untuk menenangkan pikiran dan tertidur pulas di malam hari. Someday, i will tell you complete. Keep rocking everyone and happy weekend (sebenarnya sih tiap hari adalah weekend bagi saya).

Friday, May 22, 2015

MY FOURTH #MORNING PAGES

Halo world. Orang yang paling bahagia itu mungkin orang yang paling bisa komitmen dengan waktu yang mereka punya. Saya sih percaya itu. Dan mau berusaha ke arah situ, tapi susah ya. Ada banyak banget tantangannya. Selama ini secara nggak sadar saya sudah melakukan beberapa eksperimen, khususnya waktu tidur buat saya sendiri. Berangkat dari anggapan dan sugesti kalo waktu tidur yang ideal itu antara 7-8 jam. Jam biologis di diri saya pun merasa nggak bisa bangun, atau nggak kuat bangun kalo waktu tidur saya belum tercukupi. Pernah hampir selama seminggu, saya selalu tidur di atas jam 00.30, dan bangun jam 04.30 untuk sholat Shubuh. Rasanya badan ini kaya terbang, nggak napak ke bumi. Nggak kuat nahan, saya tidur lagi sampai jam 08.00 pagi. Harapan saya sih habis itu bisa produktif lagi sampai jam 00.30 malam lagi, dan begitu seterusnya. Saat itu, saya merasa bisa konsentrasi penuh di atas jam 22.00 malam, dan karena waktu-waktu itu terasa mahal, saya merasa rugi kalau harus tidur sebelum kerjaan beres meskipun sampai tengah malam. Berjalan seminggu setelah kebiasaan buruk itu, saya kena tipes sampai lebih dari 3 minggu dan sempat di opname di rumah sakit. Poor habbit. Saya sadar jam biologis itu harus diikutin iramanya, kita nggak bisa asal menentang dan menganggap remeh apa sebenarnya kebutuhan tubuh kita pada jam-jam tersebut. Semua orang punya porsi jam yang sama, sehari hanya memiliki jatah 24 jam, adil rata untuk semua orang. Nggak ada satu orang pun yang bisa membeli waktu dan menambahkan 2 jam lagi di setiap hari-hari mereka. Em, kecuali di film In Time. Ada orang yang bisa memanfaatkan jatah 24 jam itu dengan sangat baik, semua terencana dengan baik. Saat di penghujung hari, semua terasa pas, Semua tugas terselesaikan dengan baik, hubungan antar sesama baik, dan punya waktu yang cukup untuk istirahat. Ideal picture. Ada lagi yang merasa 24 jam itu selalu kurang, nggak sempat telpon mama, nggak sempat ambil laundry, tugas belum selesai, sempat ada sedikit masalah sama teman kantor, dan nggak punya waktu buat istirahat karena deadline semakin mepet. Ada lagi yang ngerasa 24 jam terlalu panjang untuk dilalui, nggak tau harus apa, ngeliat TV ganti-ganti channel sampai bosen, pengen cepat malam terus tidur dari jam 20.00 malam. Ada! Saya pernah baca kalimat yang cukup menampar dari bukuya Austin Kleon, judulnya "Show Your Work", Dia bilang seperti ini "Hari adalah satu-satunya unit waktu yang bisa kucerna. Musim berganti, minggu sepenuhnya rekaan manusia, tetapi hari punya ritme. Matahari terbit, matahari terbenam. Aku bisa menghadapinya". Sejak membaca kalimat itu, saya sadar kalo yang benar-benar nyata adalah hitungan waktu dalam satu hari. 

Saya menulis panjang lebar tentang waktu di atas, sebagai #notetomyself yang sedang berjuang menemukan pola rutinitas terbaik untuk bisa kerja nyaman, mengendalikan bisnis dari rumah. 

Thursday, May 21, 2015

MY THIRD #MORNING PAGES

It's time for morning pages! Kenapa jadi ketagihan gini ya? Hehe. Halo, selamat pagi blog, selamat pagi diri saya sendiri. Sudah hari Kamis ya, nggak kerasa. Pagi ini saya bangun dari tidur kedua jam 07.30, tapi nggak langsung nulis ini. Saya sarapan buah dulu, ke kamar mandi dulu, sambil baca buku yang saya baca berulang-ulang, The Accidental Creative. Suatu saat, saya akan bercerita banyak tentang buku itu. Kemarin, setelah nulis morning pages di blog ini, tiba-tiba internet di rumah melemah, sampai akhirnya nggak bisa dibuat apa-apa lagi. Pesawat wi fi nya mungkin panas dan terlalu lelah, akhirnya saya matikan. Setelah hampir 2 jam, saya nyalakan lagi, eh ternyata nggak ada perubahan yang berarti, tetap lemot, bahkan nggak gerak. Oke, saya mulai frustasi. Nggak bisa buka LINE, nggak bisa upload instagram, nggak bisa lain-lainnya. Akhirnya setelah Mama pulang, saya telpon 147, dan dijawab ternyata sedang ada gangguan massal di seluruh daerah Jawa Timur, dan sekarang sedang maintenance. Fuih, setidaknya saya tau kalo masalahnya bukan dari pesawat di rumah saya. Sekitar setelah Maghrib, jam 18.00, wi fi nya kembali normal. Alhamdulillah. Tapi kejadian wi fi mati itu membuat saya berpikir banyak. Hari Senin kemarin, Mama membawa semua karpet yang ada di rumah ke tempat laundry. Semua karpet, tanpa terkecuali. Rasanya? Aneh. Jalan ditempat yang biasa ada karpetnya, sekarang nggak ada, kaki bersentuhan langsung sama lantai. Hal remeh temeh ya? Iya, memang. Tapi ternyata ketika ada sesuatu yang dihilangkan, kita baru sadar betapa pentingnya keberadaan benda itu dalam hidup kita. Oke, itu cuma karpet ya, yang sampai hari ini belum datang juga dari laundry, gimana kalo internet? Wah, ini bisa bikin orang heboh. Gimana nggak, hampir semua pekerjaan kita tergantung sama internet. Kita berkomunikasi pake jaringan itu. Internet melemah aja sudah cemas, apalagi nggak jalan sama sekali. Kadang saya capek sama situasi kita layaknya diperbudak sama internet. Tapi mau apa lagi, tuntutan dunia sudah berkembang sedemikian pesatnya, dan internet punya solusi untuk hal itu, meniadakan jarak. Kemarin, dalam keadaan tanpa internet, akhirnya saya bisa melakukan hal-hal lain yang selama ini selalu saya tunda-tunda. Hal sepele sih, seperti menempel flags di halaman-halaman penting buku yang sedang saya baca, lalu main game berdua sama Bika sambil ketawa-ketawa. Kayanya saya perlu mematikan koneksi internet secara berkala deh, agar saya lebih peka sekitar, lebih punya waktu untuk melakukan hal-hal sepele yang membuat saya bahagia. How about you?

Wednesday, May 20, 2015

MY SECOND #MORNING PAGES

Hai you, hai myself, hai everybody. Sudah siang ya, saya bangun kesiangan hari ini. Mungkin efek dari semalem kontrol kawat gigi ke dokter, dan uda lama juga nggak ngerasain kawatnya ditarik-tarik lagi, jadi gigi saya rada sakit-sakit gimana gitu. But all is well. Atau saya bangun kesiangan mungkin karena efek udara dingin? Yang menusuk-nusuk sampai ke tulang? (haha, mulai deh lebaynya). Btw, morning pages ini harus dilakukan rutin selama 30 hari. And i think i can do that. Trust me. I promise you. Nulis morning pages hari ini bener-bener langsung habis bangun lo, kemajuan ya. Sambil sarapan pepaya dan dengerin lagunya Yuna Zarai, my favorite Malaysian singer. Oh i love her so much! 
Oh iya, semalem kelas kuliah online saya di Coursera dimulai. I smell happiness, karena belajar perkembangan anak dan remaja. Saya juga baru sadar semalem waktu nyoba lihat salah satu video, ternyata selama ini saya belajar psikologi ada juga yang nyantol ke otak, dan saya seneng banget belajar perkembangan manusia, honestly. Kenapa ya? Mungkin bawaan orang tua saya yang dua-duanya berkecimpung di dunia pendidikan? Nggak tau juga. But im happy to realize that im happy. Selama ini memang track record kelas saya di Coursera nggak pernah ada yang finish sampai week terakhir. Rata-rata kalau panjang kelasnya 6 weeks, saya bertahan sampai week 4, dan menyerah. Setelah saya evaluasi, mungkin karena waktu itu saya harus ke perpustaan agar bisa mengakses video, task dan quiznya, saya butuh koneksi internet yang stabil, dan nggak mungkin melakukannya di dalam kos-kosan dengan bantuan modem atau tathering dari hape. Oh, poor me. Dan sekarang, saya di rumah dengan koneksi wi fi yang lancar jaya, jadi alasan apalagi yang bisa saya pakai untuk berhenti kuliah di tengah-tengah jalan? Kayanya nggak ada. Saya optimis kelas ini bisa saya selesaikan sampai akhir. Sebenarnya Coursera menawarkan sertifikat resmi dari universitas yang mengeluarkan session kelas itu. Lumayan kan sebagai bukti achievement pribadi, tapi itu dia, ada sejumlah uang yang harus dibayarkan, dan itu rasanya nggak mungkin bisa saya penuhi dalam keadaan merintis bisnis seperti ini. Setiap hari, ada aja budget yang harus dikeluarkan, sedangkan suntikan modal agak sedikit terhambat. Nggak papa deh tanpa sertifikat resmi, yang jelas saya harus berhasil menyelesaikan kelas ini dengan nilai yang baik. Dan itu akan jadi penghargaan terbesar buat diri saya sendiri. Saya sadar, di masa-masa peralihan seperti ini, dan saya punya komitmen untuk kerja dari rumah, hal yang paling penting adalah manajemen waktu. Kalo saya nggak tertib urusan itu, semuanya nggak akan maksimal. Jadi saya memutuskan untuk mengikuti kelas online ini waktu malam hari, setelah makan malam. Pagi, siang dan sore, waktu saya tetap untuk my baby, Wrapparcel. She is growing up now. Pray for her. Love you, bye!

Tuesday, May 19, 2015

MY FIRST #MORNING PAGE

Halo blog, halo everybody. Kemarin saya memberi tanda bookmark ke salah satu tulisan di Medium, dan barusan saat berdiam lama di kamar mandi, saya membaca tulisan itu lagi, dengan khusyu, fokus, dan pelan-pelan. Lalu saya tergerak menyalakan laptop, membuka youtube dan mendengarkan lagu Of Monster and Men, dan menulis di blog ini. Tulisan saya ini adalah morning pages pertama yang saya publikasikan. Setelah saya ingat-ingat, sebenarnya saya sudah beberapa kali menulis di pagi-pagi sebelum melakukan apa-apa. Waktu SMP-SMA apalagi. Morning pages saya biasanya berakhir di buku-buku doodling atau semacam buku harian semi agenda to do list, yang selalu menemani saya di masa-masa itu. Berdasarkan tulisan yang dibuat Julia Cameron, morning pages ini sepanjang 3 halaman dan ditulis pertama kali di pagi hari setelah bangun tidur, sebelum melakukan aktivitas pagi lainnya. Hmm, ini lumayan sulit, karena saat bangun pertama, setelah sholat Shubuh, saya akan sangat sulit tidak tergoda untuk tidur lagi. Kemudian bangun jam 06.00 atau 06.30 atau malah lebih siang dari itu, Maklum, di moment pasca wisuda S1 dan berusaha komitmen untuk bisa menghasilkan uang dari rumah, saya agak kesulitan dengan rutinitas bangun pagi, atau tidak tidur lagi setelah sholat Shubuh. Poor me. Seharusnya saya bisa memanfaatkan waktu pasca Shubuh itu dengan banyak aktivitas yang menyenangkan dan membangun mood. Seperti menulis morning pages, atau menyiapkan segelas jeruk nipis hangat dan buah-buahan untuk sarapan Mama. Oh iya, aturan menulis morning pages ini adalah menulis terus tanpa berpikir terlalu dalam, menulis apapun yang melintas di kepala. Ok i will try. Saya terobsesi untuk hidup sehat, dan sejauh ini saya percaya makanan, minuman, dan cara kita mengkonsumsi itu semua adalah hal-hal yang perlu diperhatikan lebih serius lagi agar tubuh kita bisa selalu fit. Sekitar dua tahun yang lalu, saya berkenalan dengan istilah food combining dari twitter suhu Erikar Lebang. Dan sampai sekarang, meskipun tertatih, meskipun banyak halangan, saya tetap meyakini food combining adalah cara paling masuk akal dan berdampak baik untuk tubuh saya. Setelah sakit tipes hampir sebulan kemarin, saya komitmen untuk menjalankan food combining dengan lebih baik lagi. Dengan lebih memperhatikan detail-detail kecil di dalamnya. Saya yang sekarang menetap di rumah, tinggal dengan Mama, adik perempuan (yang kebetulan lagi libur panjang pasca UAN SMP), dan pembantu merasa sangat percaya diri bisa melakukan food combining ini dengan baik. Makan ada yang masakin, makan ada yang nemenin dan nggak sendirian. Ternyata ini nggak semudah yang saya kira. Mengajak orang lain untuk hidup sehat dan memperhatikan detail dari apapun yang masuk ke mulutnya itu susah. Mama saya misalnya, sudah meyakini kalau sarapan buah itu enak, nggak bikin ngantuk, badan lebih segar, tapi kalau tiba-tiba stock buah di rumah sedikit, ia akan meminta pembantu saya untuk bikin nasi goreng dan merebus telur. Karena ia yakin nggak mungkin berangkat kerja tanpa tenaga, mau tenaga dari buah, eh buahnya sedikit, yaudah nasi aja, dari pada kenapa-kenapa di tempat kerja. Contoh soal lagi tadi pagi, stock buah di rumah tinggal jeruk dan belimbing, saat saya bangun dan Mama siap-siap mau pergi, saya kaget karena di sebelah piring belimbing ada dua onde-onde. Oke saya suka banget sama jajanan pasar yang namanya onde-onde, tapi apa komitmen yang saya buat kemarin lusa sama Mama, kalo kita bakal lebih kenceng melakukan food combining itu kurang jelas? Apa Mama nggak ngerti kalo onde-onde itu bukan termasuk buah-buahan?
Saya terlalu berlebihan ya? Tapi saya sedih banget. Mama termasuk orang yang diperbudak oleh bermacam-macam obat. dari obat darah tinggi yang harus diminum tiap hari, obat antasida semacam Mylanta, obat alergi semacam Citirizen, obat flu semacam Nasafed Plus, obat hormonal, obat pusing semacam Neuralgin, dan banyak lagi. Kemarin lusa kita komitmen kalo kita nggak bisa diperbudak sama obat terus-terusan. Hampir setiap dua hari sekali saya pergi ke apotek. Ada aja obat yang harus dibeli. Saya sedih. Saya sedih karena ternyata komitmen hidup sehat itu susah, dan mengajak orang untuk benar-benar komitmen hidup sehat itu benar-benar susah. Oke, kayanya itu aja morning pages pagi ini. Semoga saya benar-benar bisa komitmen untuk menulis ini dan memposting di blog. I will try. 
< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.