Monday, May 25, 2015

MY SIXTH #MORNING PAGES

First, let me say sorry for yesterday, blog. Hari kemarin saya lewatkan tanpa menulis morning pages. Kemarin hari Minggu, dan ada banyak hal yang harus saya lakukan, mulai dari urusan dapur, luluran, mandi air hangat, creambath rumahan, nonton Jodha Akbar marathon, beli makanan untuk makan malam, dan konsentrasi melihat Demi Lovato (mulai cari pembelaan). Tapi saya akui, sebenarnya mungkin-mungkin saja meluangkan 15-20 menit untuk membuka laptop dan menulis ini. Waktu sore datang, saya sudah berniat menulis afternoon pages sebagai ganti dari morning pages. But i didn't. Saya sedih, ternyata saya belum bisa memegang erat komitmen yang saya sudah buat di awal, tapi demi keberlanjutan morning pages ini, saya belajar untuk memaafkan diri saya sendiri. Memaafkan diri sendiri atas keteledoran yang selalu saya buat, atas to do list yang rajin ditulis tapi susah untuk diwujudkan, atas kebiasaan menunda dan selalu menunda. Fuih, memaafkan diri sendiri lebih sulit dari pada memaafkan orang lain buat orang perfeksionis seperti saya. 

Hari Sabtu malam, saya melihat re-run Mata Najwa edisi Darah Muda. Ada Prof. Rhenald Kasali dan Walikota Bogor Bima Arya. Sayang, saya hanya kebagian nonton satu segmen terakhir sebelum Najwa membaca puisi. Karena penasaran dan merasa tertampar, saya memutuskan untuk langsung melihatnya di Youtube sambil meneruskan desain wrapparcel untuk edisi Idul Fitri yang belum selesai. Saya merasa tertampar berkali-kali. Saya merasa perlu menelaah lagi langkah-langkah yang saya ambil ini. Apa ini sudah benar? Apa sesuai dengan kata hati kecil saya? Apa saya terlalu egois dengan obsesi-obesesi dan mimpi-mimpi saya? Apa yang saya lakukan ini bermanfaat untuk orang banyak, atau hanya untuk saya sendiri? Apa sumbangsih saya untuk negeri ini? Lalu terbitlah galau. Galau berkepanjangan. Tapi pagi ini akan saya akhiri saja. Saya harus yakin dengan apa yang saya lakukan. Ada beberapa point dalam acara itu yang sampai sekarang terngiang-ngiang di kepala. Waktu Bima Arya bilang, ada 3 tipe pemuda Indonesia, pertama pemuda yang belum selesai dengan dirinya, kedua pemuda yang sudah selesai dengan dirinya, dan ketiga pemuda yang tidak tau dengan dirinya. Saya termasuk yang mana? Sampai sekarang pun saya belum yakin. 

Saya tahu dengan diri saya sendiri, saya yakin akan kemampuan saya, dan saya ingin bermanfaat untuk orang banyak. Berangkat dari situ, saya berusaha menganalisa keadaan saya sekarang, seperti ini. Sebenarnya setelah lulus dari sarjana psikologi saya memiliki beberapa option, langsung lanjut S2, di UI atau UGM, orang tua saya mendukung hal ini. Atau kerja. Kerja di beberapa tempat yang memang menjadi mimpi saya, seperti di majalah atau biro konsultan pendidikan. Opsi ketiga yang saya pilih dan saya jalani sekarang ini, diam di rumah dulu, membesarkan bisnis yang selalu saya pikirkan siang-malam, sambil mengupgrade diri saya ke arah yang lebih baik. Memperbaiki kemampuan bahasa Inggris aktif saya, menulis-menulis-dan menulis, mengembangkan wadah yang positif buat Mama, agar Mama bisa menyalurkan apa yang selama ini ia pelajari, observasi, dan hasil temuan-temuannya (rencananya lewat sebuah blog), membangun sebuah cafe di kota kecil ini agar Mama ada kegiatan sampingan dan bisa menjadi tempat buat saya menyebarkan ide-ide dan semangat kreatif untuk anak muda di kota ini. Apa iya sampai nanti saya akan terus bertahan hidup dengan bisnis wrapparcel? Jawabannya iya. Saya berharap wrapparcel ini bisa menjadi brand besar dengan gerakan-gerakan positif menyebar benih kebahagiaan. Saya akan bertahan hidup dengan bisnis ini. Tapi nggak menutup kemungkinan dari bisnis-bisnis lainya. 

Tapi apa sebenarnya yang menjadi mimpi saya? Mimpi saya melanjutkan ilmu ini sampai jadi psikolog dan punya ijin buka usaha. Saya berusaha menyangkal hal ini sekuat tenaga, ternyata passion terbesar saya ada di dunia pendidikan. Saya ingin membuka biro untuk membantu sekolah-sekolah, khususnya sekolah anak usia dini untuk berkembang, berubah, melakukan inovasi-inovasi. Saya yakin dengan golden age. Saya 1000% yakin itu adalah masa-masa terbaik untuk membangun otak dan kemampuan lainnya dari seorang individu. Tapi apa kenyataannya sekarang? TK-Playgroup atau PAUD, lebih banyak tepuk-tepuknya. Mereka terlalu susah untuk diajak berlari, berubah, dan lebih menyadari pentingnya untuk tidak menyia-nyiakan masa-masa golden age yang sedang dialami murid-muridnya. Saya tidak sendiri, saya punya Mama yang tiap hari bergulat dengan hal ini. Saya ingin membantu, saya ingin mengabdikan diri saya untuk hal itu, dan saya tidak ingin punya orientasi semata-mata karena uang. Saya harus punya sumber lainnya. Karena itu saya harus punya bisnis yang terus jalan. Dan apa yang saya lakukan sekarang adalah membangun kaki-kaki bisnis saya lebih kuat. Saya tidak menyia-nyiakan satu tahun ini. Saya bukan pengangguran. Saya sedang menyiapkan bangunan-bangunan untuk mimpi-mimpi saya. Saya bekerja untuk itu. 

Ajaib, perasaan saya mulai tenang, dan galau-galau semakin berkurang. Saya mulai mantap lagi. Sore kemarin saya membaca tulisan Prof. Rhenald Kasali di sebuat note dari akun LINE. Beliau bilang seperti ini, "Dialog diri ini akan menimbulkan self awareness (kesadaran diri) untuk membentuk karakter yang kuat." So, am i? Apakah tulisan saya sejak 6 hari yang lalu ini termasuk dialog diri? 



No comments:

Post a Comment

< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.