Saturday, September 23, 2017

Terimakasih Bu Semi

She was the legend. Ibu Semiati Ibnu Umar, dosen legendaris psikologi industri organisasi UI. She was too humble. Umurnya sudah di atas 80 tahun, tapi beliau selalu pulang pergi Cikini - Depok dengan KRL setiap hari. Saya sangat beruntung bisa jadi mahasiswanya selama kurang lebih 1 semester sebelum beliau wafat. Cara beliau menyampaikan materi pun cukup unik, dalam beberapa kali pertemuan beliau akan mengulangi kalimat-kalimat yang menjadi inti dari psikologi industri organisasi itu sendiri. Di awal, saya dan teman-teman sekelas berpikir, ya Allah kok disuruh ulang-ulang terus, but that's it. Karena beliaulah kami hafal kalimat-kalimat inti itu di luar kepala.

Di Fakultas Psikologi sendiri, ada beberapa gedung yang belum menggunakan lift. Dan Bu Semi, setiap hari melewati tangga tersebut tanpa minta bantuan, dan benar-benar menolak untuk dibantu. Ya Allah, betapa tangguh dan mandirinya beliau. Prinsipnya tidak mau merepoti atau membebani orang lain. Saat di kampus, beliau menggunakan pakaian atas-bawah dengan motif yang sama, dan berbahan seperti satin, layaknya baju nenek-nenek pada umumnya. Tapi jangan bayangkan nenek yang sudah nggak berpikiran estetika ya, Bu Semi masih sering ke salon dan pakai bros sebagai pemanis di bajunya. Saat di kelas, kerap kali beliau batuk-batuk dan langsung mengambil bungkusan permen mint dari tasnya. Oh iya, beberapa kali juga mengeluarkan coklat dan membagi coklat tersebut kepada mahasiswanya. Yang akan selalu saya ingat juga, saat beberapa kali duduk depan, dan tiba-tiba pulpen saya terjatuh, Bu Semi, yang doktor dan sudah sepuh tersebut, langsung berdiri dari tempat duduknya dan menunduk mengambilkan pulpen tersebut. Pertama kali liat adegan ini, saya merinding dan setengah teriak, "Biar Ibu, biar saya yang ambil..." I was too amazed. Tapi ya seperti itulah Bu Semi.

Saat beliau masih sehat, kami sempat mengunjungi rumahnya dan membawakan foto kolase anak sekelas dan quotes dalam frame yang cantik. Di rumah tersebut, beliau hanya tinggal bersama satu orang bibi paruh baya yang sudah bertahun-tahun ikut dengannya. Iya, Bu Semi memang belum menikah. Beliau dengan bangganya bercerita sanak saudaranya, keponakannya, dan cucu-cucu keponakannya yang berjejer fotonya di ruang tengah rumahnya, tempat saya dan teman-teman lain disambut pada hari itu. Rumahnya cukup luas dengan pekarangan yang cukup lebar layaknya rumah kuno pada umumnya. Bu Semi terlihat sangat senang dikunjungi dan mencium pipi kami satu persatu. Oh, i really adore her, love her, and i was feel so blue because i always remember about my grandma.

Beberapa hari sebelum beliau di rawat di rumah sakit, saya dan Mba Uci sempat ketemu dan mengobrol cukup lama di depan ruang dosen PIO. Bu Semi ingin tau bagaimana cara mengoperasikan boomerang. Karena waktu itu, beliau sempat berfoto dengan Mba Uci menggunakan aplikasi itu. Setelah beberapa lama trial and error, Bu Semi akhirnya bisa mengoperasikan boomerang dan ingin foto dengan cucu-cucunya nanti kalau ada kesempatan kumpul lagi. Sebelum belajar mengoperasikan boomerang, Bu Semi menunjukkan foto beliau di perkawinan salah satu cucunya di Surabaya belum lama ini. Beliau sangat cantik dengan kebaya yang manis. Setelah itu, beliau bertanya asal-usul saya, dan sedikit memberi nasihat.

Saya nggak tau itu akan jadi moment terakhir dengan Ibu. Selama Ibu di rumah sakit, sedihnya, saya belum sempat menjenguk. Tapi, biarlah dengan tulisan ini saya mengungkapkan rasa terimakasih saya. Terimakasih Bu Semi, terimakasih sudah menjadi contoh nyata dalam kehidupan, terimakasih sudah mengajarkan bagaimana cara bahagia, menjadi wanita yang tangguh, dan pekerja keras dengan tetap sederhana. Terimakasih sudah menjadi bukti nyata bahwa dengan semakin tingginya ilmu seharusnya kita semakin menunduk dan jauh dari sifat sombong. Terimakasih ya Allah atas kesempatan mengenal beliau dalam beberapa bulan terakhir ini. Sosok Ibu akan selalu berarti bagi saya, akan saya ingat dan ceritakan ke siapapun yang butuh untuk mencontoh sikap-sikap Ibu. Innalillahiwainnailaihirojiun, semoga amalan dan seluruuuh kebaikan Ibu diterima di sisi Allah. Dosa-dosa Ibu diampuni, dan ilmu yang sudah Ibu sampaikan berpuluh-puluh tahun kepada ribuan murid Ibu bisa menjadi ladang pahala yang tidak pernah terputus untuk Ibu. Semoga kami yang pernah mengenal sosok Ibu, bisa mencontoh semua sikap-sikap Ibu, Aaamiin..












8 comments:

  1. Meninggalnya tanggal berapa? Tau gak di makamin dimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Meninggalnya kalau nggak salah tanggal 21 September kemarin, tepat di hari Muharram. Almarhumah dimakamkan di daerah Karet, tepatnya saya kurang tau.

      Delete
    2. Han, share nasehatnya dong, xixi
      ikutan sedih sekaligus kagum sama beliau

      Delete
  2. tulisannya bagus terimakasih saya juga pernah kenal dekat dengan beliau

    ReplyDelete
  3. Mantan dosen sy. Selepas sholat maghrib, tetiba teringat beliau. Langsung googling ingin cari tau ttg beliau. Apakah masih hidup, ternyata sudah meninggal... :-(
    Dulu sy juga pernah ke rumah beliau bersama teman sy.
    Al Fatihah buat Ibu Semi..

    ReplyDelete
  4. Terimakasih Mba,sangat detail dan akurat menggambarkan Bu Semi.Saya juga pengagum beliau. Beliau guru sejati, semoga ilmu pengetahuan dan kebaikannya menjadi amal soleh yang tidak terputus, Amiin

    ReplyDelete
  5. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun....Baru tau kalau ibu sudah berpulang. Tadi ngobrol2 soal dosen dan akhirnya penasaran liat bu Semiati dan ternyata sampai di blog ini dan terkejut. Ya Allah...semoga ilmu yang diajarkan menjadi jalan kebaikan dan amal yang terus menerus...selamat istirahat Ibu...

    ReplyDelete

< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.