Saturday, January 25, 2014

Delete Them All?

Akhirnya...fuih. Saya sudah berhasil mengosongkan camera roll di iPhone. Selega itu kah? Iya. Selama ini saya selalu mencapture apapun yang menarik, dan tidak pernah berhasil mengkoordinasikan mereka dengan baik. Akhirnya, 3478 foto bersarang di sana. Ditambah lagi keterbatasan iOS untuk mengatur dan memindahkan data. Saya pun termasuk orang yang tidak rajin mensinkronkan data lewat iTunes. Duh, rasanya ya. Memang sih, semua foto moment-moment penting saya masih lengkap, capture an berita-berita penting, atau baju dan sepatu lucu yang saya incar juga ada. Jadwal film bioskop, jadwal dosen pembimbing, daftar isi skripsi kakak tingkat, baju di polyvore yang aduhai, online shop di instagram yang saya suka tapi saya malas follow, dan masih banyak lagi. Makanya setiap nongkrong sama teman, mereka pasti dengan khusyunya melihat photo library saya. Lalu diam-diam mengirim gambar atau capturean yang mereka anggap penting lewat line hehe.


Tapi apa ada manfaatnya buat saya? Ah, itu cuma berhenti di bab niat. Oke, ada manfaat sih, tapi itu nggak seberapa. Seringnya setelah mengcapture, saya jarang melihatnya lagi. Kecuali capturean yang benar-benar penting. Ini wajar, atau saya yang terlampau malas ya? :p Rasanya sayang-sayang gimana gitu untuk mendelete foto. Ada satu sisi dalam diri saya yang teriak-teriak, oh dont delete them, someday you will need it. Satu sisi lagi, aduuh kamu nggak akan bisa bener-bener memanfaatkan foto-foto sebanyak ini, mau cari aja kamu pasti malas, nggak mungkin deh, mau klasifikasi satu-satu juga nggak mungkin.Udah hapus aja semua, mulai dari awal. Fuih. Daan saya memilih bujukan yang kedua. 



Yang jelas, mulai sekarang saya akan rajin memanfaatkan iTunes dan iCloud untuk mengklasifikasi data-data saya. Yah, saya batasi di camera roll maksimal hanya 50 foto lah. Selain itu ada folder-folder foto khusus untuk produk wrapparcel, untuk inspirasi, atau untuk info penting. Oiya, saya akan memanfaatkan pinterest dengan sangat maksimal juga ah. Oh, you must try pinterest, it so amazing hehe.  


Thursday, January 23, 2014

My Coming Up Project

Hidup akan terasa sungguh berarti waktu kita merasa sibuk kan? Produktif itu ampuh membuang perasaan nggak bersahabat jauh-jauh. So, selain merawat wrapparcel, saya memulai dua project lain untuk tahun ini. Yang pertama, "Show Your Batcave" dan yang kedua, "People in Train".

Dalam bayangan saya, "Show Your Batcave" adalah post yang berisikan foto seseorang dengan kamar, atau ruangan yang menjadi batcave atau sarangnya. Saya selalu penasaran dengan seberapa hebat keadaan kamar atau sarang tersebut mempengaruhi semua proses kehidupan sang empunya. I will pick the people, people that so interesting for me. 

Yang kedua, "People in Train", karena saya kuliah di Malang, dan orangtua menetap di Jember, jadi saya sering pulang menggunakan kereta api. Ada banyak sekali keadaan menarik untuk diabadikan di atas kereta. Ada banyak interaksi, karena tempat duduk kereta ekonomi saling berhadapan. Selama ini saya hanya memotret diam-diam lewat gadget, sehingga hasilnya tidak maksimal. Saya harus mampu berinteraksi dengan mereka dan meminta ijin untuk memotret, agar hasil jepretan saya maksimal. 

Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk dua project ini. Wish me luck!

Yes, my gandma's batcave will be my first post on "Show Your Batcave"

My Baby, Wrap Parcel

Let me tell you. Akhir-akhir ini, banyak tenaga, waktu dan pikiran saya tercurahkan untuk my first serious business, wrapparcel. Kami, (ya, ini usaha saya dan mama saya) memulainya tahun kemarin, waktu bulan Ramadhan. Niatnya sih membuat parcel untuk lebaran, targetnya karyawannya mama aja, tapi kita berdua sama-sama punya idealis yang tinggi gimana caranya bikin parcel yang nggak biasa. Akhirnya, berlanjut sampai sekarang. Tiap bulannya, ada aja yang pesen hehe. Buat kado ulang tahun, kado kawinan, kado wisuda, paling banyak sih kado anniversary hehe. 

Apa sih wrapparcel? Oke, berangkat dari niatan gimana caranya orang itu bisa ngasih kado yang sangat personal, spesial, lain daripada yang lain. Kita berdua brainstorming bareng-bareng, saling ngasih masukan, saran, kritik, dan of course, modal juga. Teman, proses coba-coba itu nggak murah lo, salah beli bahan, udah dibikin tapi nggak puas, ada aja uang yang harus keluar hehe. 

Sampai detik ini, wrapparcel menghasilkan dua produk. Yaitu "Mini Parcel" dan "Flower Picnic". Berhubung uda deket sama perayaan valentine, jadi kita buat "Flower Picnic valentine edition", lengkap dengan box dan kartu ucapan. Berminat? :)

Saya tau, semua ini proses. Tiap hari ada aja yang harus saya hadapi, dan harus dicari solusinya. Saya dan mama bekerja berdua dalam satu tim, ini juga banyak tantangannya. Ide-ide yang terus bermunculan, dan saya harus bijak memilih ide yang mana yang harus saya eksekusi terlebih dahulu. Tapi ini untungnya kerja berdua sama mama, waktu badmood melanda, saya memilih diam dan mama megerti itu. Belum lagi berhadapan dengan customer dengan permintaan yang berbeda-beda, ini sungguh pengalaman baru buat saya. 

Rasanya sedih sekali kalo akhirnya saya tidak memberi jejak apa-apa akan semua proses yang harus saya lalui ini. Jadi, mulai sekarang, setiap ada kesulitan, atau ada kendala tertentu, saya akan mencoba menulisnya di blog ini. Mungkin suatu saat ketika saya tidak bersemangat sama sekali, tulisan-tulisan di sini bisa jadi moodbuster paling ampuh untuk menyadarkan saya, sudah banyak hal-hal yang saya lalui demi bisnis kecil ini. Oh, me and my mom love wrapparcel so much!






Wednesday, January 22, 2014

More Productive Without Internet

Apa yang paling dicari waktu ada waktu senggang? Buat saya salah satunya dengan bergerilya cari wifi hehe. Kadang di perpustakaan kampus, kadang di restoran cepat saji, kadang di coffee shop. Oh ya, kadang di minimarket point juga :p Semua ada kelebihan dan kekurangan masing-masing sih. Kalau di perpustakaan kampus, oh meen, giliran sudah connect, tiba-tiba putus, terus kaya gitu. Kayanya ada yang sengaja utak-atik jaringan buat ngeputus sinyal wifi di laptop-laptop saingannya. So, em rada nggak recomended, tapi berhubung itu dengan effort paling sedikit (nggak usah pesen makanan minuman apapun), jadi ya.. itu yang paling sering saya samperin hehe.

Kalo di restoran cepat saji, bisa beli eskrim doang, atau minuman dingin, terus duduk lama asal bisa tahan malu dilirikin orang-orang. Lain lagi kalo di coffee shop, ini effortnya lumayan gede, kenapa? Pertama, oke niat cuma mau beli coklat panas aja. Eh nggak kuat ngeliat menu-menu yang lain, jadi overbudget deh pesen ini itu.

Nah, baru beberapa kali sih nyobain duduk di point-point minimarket, tapi ya (tell me if im wrong), buat dapet password internet, harus beli sesuatu sampe 25rb. Its too expensive buat nongkrong di minimarket. I think 15rb more rational lah.

Dari pindahnya saya dari satu tempat ke tempat lainnya, ada yang wifi kenceng dengan effort sedikit, ada yang uda mengeluarkan effort sedemikian besar, eh dapet wifinya yang lemotnya naudzubillah. Tapi, ngerasa nggak sih, dengan keadaan nggak berinternet (padahal kita udah niatan buat internetan) kita bisa lebih selow, bisa mikir lebih tenang, dan bisa mulai ngelirik hal-hal yang selama ini terlupakan?

Pertama pasti ngerasa, sial nih, uda disini eh internetan nggak lancar, capek berusaha, mending udahan aja. Disconnect. Terus mau pergi dari tempat itu rasanya naggung, masih pengen diem di situ rada lama. Oke, buka folder, mulai keinget pesenan orang yang belum ke list, mulai ngelirik laporan ini itu, dan ini yang paling lucu, saya sering bawa notebook kemana-mana, dan selalu bisa terfungsikan dengan baik waktu saya dalam keadaan tidak berhasil internetan. Akhirnya, saya pulang ke kosan dengan hati yang gembira, kenapa? Karena meskipun saya nggak bisa mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, tapi saya bisa menyelesaikan berbagai macam pekerjaan yang sudah lama tertunda-tunda. Ah hidup ya.

Book for 2014

Salah satu akun yang saya follow di instagram adalah @lemaribuku yang (setau saya) salah satu adminnya, Kak @lalabohang. Salah satu post waktu awal tahun baru kemarin tentang kalender baca. Setiap bulannya, ada satu buku yang dijadwalkan untuk dibaca. So, ini kalender baca versi saya :) Semoga ini kombinasi yang pas ya, hehe. Ayo bikin juga yuk. Biar kalo ke toko buku tau buku apa yang worth it buat dibeli, selebihnya kasih kesempatan mata buat jelalatan baca buku yang plastiknya kebuka :p




Tuesday, January 14, 2014

Folder on Lappy

Ini yang sering jadi dilema. Pernah kan bikin folder pakai nama "Cuma Nitip" atau "Transit Foto" ? Niat awal bikin folder itu pasti cuma biar nggak repot, bikin folder baru di desktop, trus janji ke diri sendiri kalo akan segera dipindah ke folder yang sesuai. Tapi?

Trus pernah nggak, mau ngeinstal ulang laptop trus data yang ada di download dipindahin, pake nama folder "Dibuang sayang" ? Hahahaha, iya, itu semua kebiasaan saya :p

Malam pergantian baru ke tahun 2014, sebelum tidur saya buka twitter dan berdoa macem-macem. Salah satu doa saya, semoga diberi kekuatan untuk mulai merapikan folder di laptop. Niat sih uda ada dari dulu, tapi buat bener-bener dilakukan? Hmm itu nggak gampang.

Seberapa penting sih folder harus selalu terlihat rapi? Em, buat saya sih, isi laptop itu kaya isi otak saya. Rapi nggak nya otak saya tercermin di susunan folder-foldernya, hehehe.

Menurut saya, proses merapikan folder laptop termasuk proses klasifikasi, dan nggak semua orang bisa mengklasifikasi dengan baik. Untuk bisa mengklasifikasi dengan baik, kita harus terlatih itu sejak kecil. Inget nggak, waktu mama ngomel-ngomel karena mainan kita berantakan? Trus nyuruh kita ngerapiin mainan ke tempat semula? Itu termasuk proses klasifikasi lo, boneka kita kembalikan ke lemari, balok dikumpulin di kotaknya, plastisin dikembalikan lagi sesuai warnanya. Iya kan?

Sewaktu merapikan laptop pun juga gitu. Buka folder yang isinya macem-macem dari hasil download. Kita memilah-milah, oh lagu nih, diseret ke folder music, sampai di folder music diklasifikasi lagi, oh ini lagu Indo, ini lagu luar. Habis itu masih harus diklasifikasi lagi, oh ini lagunya penyanyi A, soundtrack film B, trus begitu sampai folder yang isinya macem-macem itu kosong. Kalo uda gitu rasanya.. bahagia tak terperih.

Jadi, kapan mulai merapikan folder-foldermu?

PS : Habis folder di laptop selesai dirapikan, mulai melirik folder di iphone. Ada banyak niat yang harus terkumpulkan lagi. 

Start here, Halo :)

Ini keberapa kalinya ya saya punya blog baru? Em, dari blogspot ke tumblr, bikin blogspot baru, trus bikin tumblr baru, trus bikin blogspot baru lagi. Hahahaha, kalo gitu ini yang kelima. Kenapa ya?

Kalian ngerasa gini juga nggak? Rasanya semangat waktu punya blog dengan desain dan alamat URL baru, em kalo diinget-inget, rasanya kaya punya rumah baru, kaya terlahir baru. Satu, dua, sampe sepuluh post berhasil diterbitkan. Trus dalam jangka waktu yang lama ngilang nggak ada kabar alasannya nggak sempet, sibuk ini itu. Trus waktu balik lagi ke sana dan berusaha ngepost tulisan baru, blognya uda kaya berdebu. Baca tulisan-tulisan lama dan sadar itu rada nggak banget, akhirnya sedih. Dalam hati, berusaha menghibur diri sendiri, tenang aja, kalo uda nggak sibuk, pengen ngurus blog lagi ah, em apa buat blog baru ya? Trus kaya gitu, hehe.

Waktu baca blog salah satu teman dekat saya, akhirnya saya dapat jawaban. Begini dia bilang, "Akhir-akhir ini, saya sering membaca tulisan saya dan ingin menghapusnya dari blog. Lalu kemudian saya berpikir, bukannya itu pertanda kalau kita semua tumbuh? Tulisan kita mulai berkembang lebih baik, dan kita mulai merasa risih membaca tulisan yang lalu-lalu. Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk tidak menghapusnya, sebagai tanda kalau kita tumbuh."

Bagaimana dengan saya? Buat yang terakhir ini,  saya memilih untuk vakum lama, coba cari tau, sebenarnya apa menulis blog itu menjadi kebutuhan bagi saya, kalo iya, mengapa saya butuh itu. Setelah ketemu jawabannya, saya mulai bertanya-tanya lagi, tulisan seperti apa yang akan saya tulis? Saya ingin orang mengunjungi blog saya dan melihat blog saya itu seperti apa? Trus seperti itu.

Sampai akhirnya, akhir 2013 saya tau, saya sungguh-sungguh butuh menulis. Nggak berlebihan juga sepertinya kalo saya bilang, menulis itu bentuk terapi untuk diri saya sendiri. Menulis di blog, ada nilai plusnya, yaitu saya berusaha berinteraksi lewat tulisan. Saya berusaha menulis sesuatu hal yang mungkin suatu saat nanti akan bermanfaat bagi orang lain.

Mengenai nama blog, saya merasa diumur 21 tahun ini adalah proses dimana saya kembali bertanya-tanya lagi, apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup saya. Blog ini, saya beri nama passion journal, karena saya berharap proses pencarian -apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup- akan saya temukan lewat proses menulis dan merawat blog ini. Merawat, harus dengan menebar benih, menyiram, menyemai, mempupuk, dan memperhatikan setiap hari. Semoga cinta saya akan berlabuh di blog yang satu ini.



Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.