Thursday, May 24, 2018

Meninggalkan 25

Dear Hana, do you remember everytime you write a birthday wishes for someone, you always write : please remember, age is just a number. And now? You're talking with your self about age. How silly you are?

I need butterfly hug right now. And telling my self, everything not gonna be okay, but its still okay. I promise.

Semua terlihat menyeramkan ya Han, dan seolah-olah semua itu lagi lari marathon ke kamu. But, you grow up. Kalau biasanya kamu niat nulis blog ini karena emang ada yang pengen di tulis, coba liat malem ini. Kamu buka blog ini karena uda nggak kuat liat SPSS. Karena semangatmu timbul tenggelamnya uda nggak konsisten. Karena ini malam ramadhan yang hening dan nyamuk dimana-mana, jadi kamu butuh sesuatu pengalihan dari aktivitas mengeluh dan menggerutu karena nyamuk.

Its sign of grow up Han. You act different, you think different from before.

Dear Hana, do you realize that your curious about vulnerability its because you are? Karena kamu lagi akrab dengan hal-hal itu saat ini? Karena kamu merasa semua ini bisa agak ringan dengan vulnerability yang coba kamu lakuin diam-diam?

Kecelakaan waktu itu, deadline non stop, urusan kasus sampai penelitian, harapan dan kemudian ikhlas melepaskan? Belum lagi urusan di masa lalu yang baru kamu tau? Ditambah kenyataan dari lingkaran paling dekatmu sendiri?

Ya Allah, kenapa aku serapuh ini sih? Kenapa jadi kaya gini cara aku ngomong sama diri sendiri? Biasanya polanya selalu, habis keluhan ada pemakluman dan penguatan? hehe. Ini kenapa keluhan semua? Ini kenapa lemah semua?

This year, this age, too hard for me, ya Allah. Saking beratnya, aku sampe sering ngerasa nggak mampu, tapi pura-pura mampu, dan akhirnya mengamati diri sendiri waktu coba ngehadepin itu semua. Aku mengobservasi diriku sendiri. Its beautiful?

Umur 25 yang selalu aku takutkan, yang aku harap-harap cemas kan, ternyata aku lewati setengah sadar. Mungkin ini bentuk doaku diijabah. Umur 25 berjalan wuush. Tapi waktu noleh ke belakang, rasanya kaya, Ya Allah kekuatan apa yang Kau beri sampe aku bisa ngelewatin semua ini?

Dan apakah aku berlebihan Ya Allah kalau aku meminta kekuatan sekali lagi? Mungkin lebih hebat dari kekuatan sebelumnya, karena rasanya di depan akan semakin sulit lagi. Tapi aku akan ingat hari-hari kelabu di umur 25 ini. Bahwa di umur itu, Engkau dengan segala takdirmu, sudah memaksa aku buat keluar dari tempurungku berkali-kali. Menarikku buat berani menghadapi kenyataan. Mengajari aku bagaimana caranya menertawakan kehidupan dan menjadi kuat di saat yang bersamaan. Membuat banyak peristiwa yang membuatku lebih banyak berpikir tentang apa yang harus aku perjuangkan sampai mati-matian di hidup ini, dan apa yang nggak perlu.

Buat emosi yang tertunda hampir 6 jam saat itu, buat hasil CT scan yang nggak bisa-bisa ke print, buat memori di ruang tindakan IGD, buat kemacetan Jakarta yang hampir buat aku gila, buat obrolan di dapur yang bagai petir keras di siang bolong, buat validasi dari curiga sejak bertahun-tahun silam, buat kereta api yang delay sampe 4 jam lamanya, buat tangisan di kamar mandi rumah sakit yang sebentar tapi sangat menyakitkan, buat tatapan kasihan dari semua orang yang datang, buat Kunto Aji yang duduk kursi depanku, buat hibernasi paling lama yang pernah aku lakuin, buat tangisan di antara rak lemari, buat mimpi-mimpi yang datang silih berganti, buat obrolan yang hangat di beberapa malam, terimakasih ya. Ada banyaak sekali hal yang aku pelajari dari situ. Kalau moment itu datang lagi, semoga aku lebih siap, sigap, dan nggak salah langkah lagi.


1 comment:

< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.