Wednesday, July 23, 2014

Anak Papua, Anak Indonesia Juga

(Kenapa muram sekali Dek?)

(Baba pake baju putih foto didepan bangunan kelas)
(Salah satu bangunan sekolah)
Selama 22 tahun hidup, aku nggak pernah lepas dari kata anak-anak. Dari sikapku yang masih kekanak-kanakan, atau rutinitas hampir setiap hari selalu ndegerin mama cerita tingkah pola anak TK yang lucu-lucu dan semakin amazing tiap tahunnya. Mama suka anak-anak (banget) dan tiap hari pikirannya dicurahkan untuk TK asuhannya. Ditambah lagi aku kuliah psikologi, (yah meskipun ambil PIO), tapi anak jadi perhatian sendiri, karena masa "golden age" nya yang sayang sekali kalo nggak dieksplor.

Hidup di tengah-tengah keluarga pendidik, membuat aku sangat melankolis dan punya ikatan kuat dengan pendidikan, terutama pendidikan untuk anak. Rasanya sedih ngeliat banyak anak Indonesia yang nggak punya kesempatan untuk belajar dengan komposisi yang sama dengan yang lainnya. Di kota kecilku sendiri, di Jember, banyak banget Play Group atau TK yang dibangun asal-asalan, yang penting ada, dan ini yang paling menyedihkan, kualitas guru yang seadanya karena gaji guru TK yang sering nggak manusiawi. Iya, TK yang jarak 3 rumah dari rumahku sekarang ini, gaji gurunya nggak lebih dari 200 ribu. Kalo udah gitu, terus apa lagi yang diharapkan? Gimana nuntut mereka buat kerja maksimal? Gimana orang-orang berpendidikan dan berkualiatas mau turun tangan dengan jadi guru TK? Coba tengok negara-negara maju, profesor dan orang-orang terbaik selalu ada di lini pendidikan paling awal, yaitu dari bayi, playgroup hingga TK. Berbanding terbalik dengan Indonesia. Sedih ya.

Beberapa waktu yang lalu, aku dapet amanah buat nyusun laporan perjalanannya Baba (sebutan untuk Ayah di keluarga keturunan Arab) saat berkunjung ke Papua untuk melihat TK binaannya di sana. TK swasta Islam dengan sistem yayasan terpusat di Jakarta. Sebelum membuat laporannya, aku minta diceritain lengkap dulu, apa aja yang dilakuin Baba di sana, time schedulenya gimana, keadaan masyarakatnya gimana, dan banyak lagi, sampe kesimpulan dan saran apa yang harus tersampaikan ke pusat. Ini beberapa poin penting yang akan melekat dalam ingatanku, tentang kondisi Papua, terutama Sorong, pendidikan dan anak-anak di sana :
  1. Ternyata sebegitu luasnya Papua, hanya bagian tepi pantai, atau pinggir-pinggirnya saja yang berpenghuni. Bagian tengah yang sebegitu luasnya, masih berupa hutan belantara, dan jarang sekali ada kehidupan.
  2. Mereka merayakan hari masuknya Injil ke Papua sebagai hari libur nasional untuk daerah Papua. Aku nggak tau ini ada juga di daerah lain dengan mayoritas masyarakat nasrani, atau tidak.
  3. Sekolah TK dan SD yang dikunjungi Baba adalah sekolah Islam swasta, dan ternyata lebih dari 90% muridnya merupakan anak-anak transmigran dari tanah jawa atau sulawesi. Ada satu TK dan satu SD yang letaknya berdempetan di kota Sorong, dan ada satu TK di Distrik Majener (60 km dari kota Sorong).
  4. SD yang ada di kota Sorong merupakan salah satu SD unggulan di sana. Dari cerita yang aku sering dengar, kerja di Papua pasti gajinya banyak, karena kebutuhan sehari-hari juga pasti jauh lebih mahal
    dibandingkan di Jawa. Apalagi ini sekolah unggulan kan, swasta lagi, oke dalam bayanganku sekitar 3-5 juta. Tenyata, dengan SPP sebanyak 25rb dari hampir 300 siswa, gaji guru hanya bekisar di angka 650.000 - 1.800.000. Aku nggak tau lebih jeli, ini untuk guru swastanya aja, atau dengan guru PNS, yang jelas it suprised me.
  5. TK kedua yang ada di Distrik Majener, keadannya jauh lebih memprihatinkan, guru hanya digaji transport saja. Dengan jumlah murid 36 dan keadaan fasilitas bermain yang sangat kurang. Oke, aku mikirnya banyak TK yang lebih bagus dari ini di Distrik tersebut. Ternyata, daripada TK lain, TK ini lebih maju, dan lebih favorit. Fiuh.
  6. Keadaan tanah yang sedikit tandus menjadi hambatan sendiri untuk memperluas bangunan, bahkan kata Baba, kemugkinannya ya dikembangkan ke atas, bukan ke samping.
  7. Itu anak-anak transmigran yang sekolah, gimana dengan anak asli Papuanya? Apa mereka sudah kenal pendidikan? Apa mereka tau pentingnya sekolah TK? Bahkan Playgroup?
  8. Sejauh apa progress transmigran dari Jawa yang dikirim ke Papua untuk mengembangkan daerah itu? Apa saja yang mereka kerjakan kalo keadaan Papua sekarang masih seperti ini?
Oke itu gundah gulanaku yang tiba-tiba gatel pengen aku tulis di moment hari anak Indonesia yang jatuh tepat hari ini. Menurutku, semua anak di Indonesia harus dapet pendidikan yang rata, dari ujung sampe ujung.Nggak terkecuali Papua. 

All photo dari dokumentasi pribadi Baba. 

No comments:

Post a Comment

< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.