Friday, June 12, 2015

MY TWENTY SECOND #MORNING PAGES (AFTERNOON PAGES)

Selamat siaang! Hari ini terlihat menyenangkan bagi saya. Orderan selesai, dapat berita baik dari teman, dan kabar sangat membanggakan dari mama. Tadi pagi, saya di bbm Indah Kusuma, teman baik saya selama kuliah di Malang. Dia mengirim bbm tersirat, "Han, alhamdulillaah". Itu hal yang saya baca pertama kali pagi ini. Awalnya saya nggak ngerti maksudnya apa, jadi saya bales, "Kenapa Ndah?" Setelah loading dan nyawa saya penuh, saya mulai ngerti maksud bbmnya dari profil picture yang dia pakai. Indah lolos tahapan pertama buat jadi Pengajar Muda. I'm really happy. Really. 

Mengenai hal ini, saya punya sedikit cerita. Di umur dan fase hidup seperti ini, teman-teman saya sibuk mengejar apa yang mereka inginkan. Sibuk mencari pekerjaan yang pas, sibuk cari pacar yang suami-able, sibuk punya anak, sibuk ngejar beasiswa, sibuk eksis, sibuk apapun lah yang selama ini mereka impi-impikan. Kadang kita, em lebih tepatnya saya, menulis komen selamat yaa, atau memberi emote senyum, atau mengucapkan selamat saat bertemu langsung ketika mereka berhasil meraih apa yang mereka impi-impikan. Tapi selain ikut senang karena teman kita sampai di posisi itu, kadang perasaan iri lebih menguasai. Kita senyum, bilang selamat, cuma di mulut saja. Nah keadaan kaya gini yang membuat saya tidak enak sendiri. Sedih karena kenapa perasaan iri yang muncul, kenapa kita nggak bisa benar-benar pure ikut senang aja? Sampai kapan kita terus membandingkan keberhasilan orang lain dengan kita? Iya kalo setelah itu kita terpacu buat lebih semangat lagi, kalo malah terus semakin rendah diri? Kalian merasa kaya gini juga atau cuma saya aja ya? Hal ini muncul di umur-umur awal 20 an atau sepanjang hidup akan seperti ini?

Beberapa minggu yang lalu, saat saya nggak boleh beraktivitas apapun selain tiduran, saya mulai berpikir banyak dan belajar membuat komitmen dengan diri saya sendiri. Saya belajar untuk benar-benar bahagia dan tulus mengucapkan selamat atas keberhasilan teman-teman. Ketika saya bilang im really happy, aku senang banget dengernya, and it was true. Nggak ada perasaan iri yang terus mengikuti setelah itu. Susah sih, but im trying. 

Tadi pagi, ujian atas komitmen saya itu datang. Saat tau Indah berhasil melewati satu tahap menuju mimpi -yang saya tau selama ini selalu ia idam-idamkan-, im really happy. Saya benar-benar ikut seneng, setelah itu saya diam lama, and voila, perasaan iri itu tidak muncul. Ujian pertama saya pagi ini, bisa dianggap sukses. Kalo ada yang mau tipsnya, saya mau berbagi sedikit. Saat mendengar pencapaian dari teman kita, posisikan kita menjadi dia. Tadi pagi, saya membayangkan menjadi Indah yang sudah bermimpi tentang hal ini dari awal-awal kuliah, yang berdoa siang malam, yang sudah berusaha banyak untuk hal ini, dan rasa bahagia itu benar-benar riil. Setelah membayangkan menjadi Indah, saya berdoa untuknya. Dan berdoa untuk diri saya dan teman-teman lainnya semoga segera sampai ke mimpi-mimpi yang selama ini ingin diraih. Setelah itu saya fokus dengan list apa yang harus saya selesaikan hari ini. Sampai saat saya menulis ini, saya belum terbersit perasaan iri dengan apa yang dicapai Indah. Semoga jangan muncul. Karena benar-benar bahagia atas kebahagiaan teman itu benar-benar membahagiakan, hehe. Semoga saat ujian kedua, ketiga dan seterusnya datang, saya bisa melewatinya seperti tadi pagi. Aaamiin.

No comments:

Post a Comment

< > Home
Powered by Blogger.
Passion Journal © , All Rights Reserved. BLOG DESIGN BY Sadaf F K.